Keempat

8.9K 832 15
                                    

"AKU tidak menerima pembayaran dalam bentuk transfer, metode pembayaran tetap seperti biasa yang kita lakukan. Harus tepat waktu atau kerjasama kita batal. Kau tahu, kan, waktu kita tidak banyak sebaiknya kalian tepat waktu."

Kyle menutup teleponnya sambil menggerutu kesal. Mereka sudah melakukan kesepakatan ini berulang kali namun tetap saja pihak pembeli inginkan cara yang instan. Walau lebih sederhana namun pembayaran dengan transfer dapat membuat keberadaan Kyle mudah untuk dilacak dan ia tidak ingin itu terjadi. Setidaknya Kyle masih ingin berada di kota ini hingga keuntungan yang ia peroleh sebanding dengan biaya yang ia keluarkan untuk merenovasi kastil itu. Mungkin dua kali transaksi lagi dan ia bisa pindah ke negara lain. Dengan begitu ia akan sulit dilacak.

Sembari merenungkan kemungkinan ia tertangkap, terdengar ketukan lembut pada pintu kayunya. Ia berseru mengijinkan si pengganggu masuk dan ternyata itu adalah kepala pelayannya, Si Tua Fredy yang culas.

"Dokter Mannaham ingin menemui Anda, Tuan." Fredy mengumumkan dengan dada membusung dan dagu terangkat. Terkadang Kyle heran dengan sikap Fredy yang berlebihan namun ia tidak punya cukup waktu untuk membenahi prilaku pelayan-pelayannya karena ia tidak berniat untuk tinggal secara permanen disini.

"Biarkan dia masuk."

Setelah Fredy menyingkirkan tubuh kurusnya, seorang pria berpakaian kasual melangkah masuk. Ia tidak menggunakan seragam kebanggaannya ketika menginjakan kaki di Kastil Highleigh karena itu adalah aturan yang ditetapkan oleh Kyle.

Pria itu dibayar dengan jumlah yang tidak kecil karena ia melakukan pekerjaan kotor yakni menyimpan rahasia Kyle.

"Bagaimana keadaan ketiganya?" tanya Kyle setelah pria itu duduk di hadapannya dengan nyaman.
"Key, El, dan Tea. Mereka memiliki respon yang berbeda terhadap serum itu. Terutama El, kurasa serum telah merusak otaknya, ia sudah tidak punya harapan."
"Harapan kembali pada ingatannya?"
"Bukan, tapi harapan untuk hidup, semakin lama sel pada tubuhnya rusak dan tidak mungkin diperbaiki, kurasa kau harus segera membuat keputusan karena situasi ini hanya menyiksa fisik dan mentalnya lebih lama."

Kyle kembali termenung, dokter ini baru saja memintanya untuk mengakhiri hidup El dan ini adalah keputusan yang sulit. Baiklah ia akan memikirkan ini nanti. Kemudian ia mendongak pada pria itu.
"Bagaimana dengan Key dan Tea?"
"Aku menurunkan dosis serumnya karena aku khawatir mereka akan lumpuh seperti El. Sementara ini Key seperti amnesia dan Tea mulai pikun, ia terdengar seperti berhalusinasi."
"Aku akan buat keputusan pada akhir minggu ini, aku ingin kau memeriksa kondisi mereka lagi sebelum dieksekusi."
"Tentu saja."

Fredy dengan bangga mengantar dokter itu keluar. Setelah itu Kyle memutuskan untuk menemui El, ia harus membuat keputusan cepat untuk wanita itu.

Ketika sampai di sebuah pintu, seorang pelayan memberi masker pada Kyle namun ditolak oleh pria itu. Ia tidak butuh masker untuk melindunginya, El tidak mengidap penyakit menular. Wanita itu hanya lumpuh karena serum.

Begitu pintu dibuka, indra penciuman Kyle diserang secara membabi buta oleh bau menyengat, campuran antara obat dan kotoran.

"Demi Tuhan, apakah kalian tidak membersihkan tempat ini?" ia membentak pelayan tadi.
"Kami selalu membersihkannya, namun belakangan ini ia buang air lebih sering. Saya akan membersihkannya dalam lima menit."

Pelayan itu ketakutan dibawah tatapan Kyle yang mengancam. Ia segera membuka tiga pasang daun jendela raksasa hingga sinar matahari dan udara segar menyeruak masuk ke dalam. Dengan bantuan tiga orang pelayan lain mereka membersihkan ranjang dan tubuh El.

Ketika mereka mengeringkan tubuh telanjang El yang hanya terdiri dari tulang dan kulit, mata wanita itu tiba-tiba bergerak dengan sangat perlahan melirik pada Kyle yang berdiri di dekat dinding. Kyle hampir tersentak karena selama ini sorot mata El selalu hampa, namun baru saja El meliriknya dengan seringai lebar.

El hanya menggunakan gaun tidur tipis, ia tidak sanggup bergerak kecuali lirikan matanya. Ia kembali dibaringkan di atas ranjang yang terasa lebih segar dengan rambut lembab tersebar di atas bantal.

Setelah para pelayan pergi, Kyle melangkah mendekati ranjang itu. Sorot matanya yang dingin mulai menghangat ketika melihat sebentuk wajah cantik yang kini tidak lagi berisi, pipinya cekung, dan bagian bawah matanya terdapat bayangan hitam. Bibirnya yang dulu selalu merah segar kini pucat dan kering. Mata yang dulu bersinar cemerlang berhasil menggoda setiap pria yang hadir di pesta, kini sinar itu telah redup.

Kyle duduk di tepi ranjang, tangannya membelai rambut lembab berwarna lumpur itu. Kenangan menyeruak dalam benaknya, dulu ia membenamkan jemarinya dalam rambut ini ketika mereka berciuman juga ketika mereka bercinta. El paling suka ketika Kyle menarik lembut rambutnya.

El adalah wanita ceria yang penuh rasa ingin tahu. Ia bertemu dengan El, namanya bukan El, Kyle memberi nama baru itu ketika berhubungan dengan dokter yang merawat mereka. El memesonanya pada pesta ketiga yang diadakan di kastil. Tapi El melakukan kesalahan, ia terlalu lancang untuk mengenal Kyle lebih jauh, apa pekerjaan Kyle, bagaimana keluarga Kyle, dan masa lalu Kyle. El merasa ia berhak memiliki Kyle untuknya sendiri. Ketika Kyle tidak memuaskan rasa ingin tahunya, El dengan lancang mencaritahu sendiri.

El ketakutan setelah mengetahui yang sebenarnya, bahkan ia sering berontak dan ingin kembali ke rumah. Tubuhnya menerima banyak suntikan penenang, jejak itu masih terlihat pada sekujur lengannya yang putih. Itulah awal mula Kyle harus menahan El si wanita pertama yang menghilang dalam pesta, El alias Laura.

Rupanya kasus wanita yang menghilang dalam pesta cukup menguntungkan bagi Kyle. Bisnis kotornya menjadi lebih samar dan tertutupi dengan sempurna karena adanya kasus itu. Pertama, gosip pesta yang dibesar-besarkan, kemudian gosip kastil berhantu, lalu gosip wanita yang menghilang. Polisi akan terlalu sibuk mencaritahu siapa Kyle yang sebenarnya sementara mereka berusaha mencari bukti atas pekerjaan yang sedang ia jalankan sebenarnya.

Suara erangan lemah El menarik kembali Kyle dari renungannya. Kini wanita itu menatapnya dengan lemah, sorot matanya yang sayu seolah menyampaikan sesuatu, sebuah permohonan. Apa sebenarnya yang diinginkan El?

Kelopak mata hitam El bergetar, sementara dadanya bergerak cepat. El menangis, air mata mengalir melalui sudut matanya namun ia tidak bersuara, malangnya El, ia bahkan tidak sanggup menggerakan lidahnya.

"Kau mengenalku, Laura?" Kyle mengusap puncak kepala El dengan sangat lembut dan wanita itu terpejam singkat merasakan belaian Kyle. "Aku akan mengakhiri penderitaanmu, kuharap kau tidak keberatan dengan keputusanku."

"Kau sangat berharga hingga kau lancang mencaritahu segalanya, Laura. Kau tahu aku sudah memperingatkanmu dari awal, andai saja kau tidak keras kepala mungkin kau tidak akan berakhir seperti ini. Maafkan aku."

Seolah mengerti seluruh ucapan Kyle, kelopak mata El berkedip perlahan. Ya. Mungkin itu arti kedipan singkat El. Kyle menangkup satu telapak tangan El yang kurus, kecil, dan dingin. Berharap ia bisa memberikan kehangatan terakhir pada tubuh El yang beku.

Kyle tampak ingin mengatakan banyak hal namun ia mengurungkannya, dan yang dapat ia katakan hanyalah, "Selamat tinggal... Laura."

Setelah itu Kyle pergi meninggalkan kamar suram itu dan El menutup matanya perlahan dengan damai. Akhirnya berakhir sudah. Dada El bergerak lembut menandakan ia tidak lagi emosional.

---
Notifikasi pesan pada ponsel pria kasual, dokter Mannaham, berbunyi. Ia sedang dalam perjalanan pulang dari Kastil Highleigh.

Euthanasia.

Matanya membaca kalimat perintah singkat ketika ia membuka pesan masuknya. Dengan segera Mannahan memutar balik kemudinya ke arah klinik, ia harus mempersiapkan segala sesuatunya.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang