Kedua Puluh Empat

5.9K 578 8
                                    

MURKA adalah kata yang pas untuk menggambarkan suasana hati Gina saat ini. Ia segera bangkit sambil menyeka air mata di wajahnya dengan kasar. Langkah kakinya tegas ke arah Kyle. Hal pertama yang ia lakukan adalah merenggut kerah baju Kyle hingga Jared terhuyung ke depan. Bayi itu terkejut dan ketakutan sehingga ia menangis namun Gina terlalu marah untuk mempedulikannya.

Kyle segera menyerahkan Jared pada pelayan wanita pertama yang melintas di ambang pintu kemudian ia siap menghadapi kemurkaan gadis itu.

"Bisakah kau tidak meninggalkan kesan buruk mengenai makna seorang ibu di benak Jared?" desis Kyle di wajah Gina.

"Tadi itu adalah ayahku, kurasa kau sudah tahu itu tapi kau tidak mengatakannya padaku." ia memukul dada Kyle, "kenapa, Edward?" ia meraung di wajah Kyle, "kenapa?"

"Atas dasar apa aku melaporkan siapa tamu yang datang kepadamu."
"Dia bukan tamu biasa, dia ayahku."
"Bagiku dia tamu biasa, mereka datang untuk menginterogasiku mengenai isi gudangku di pelabuhan, untuk apa aku memberi mereka kejutan dengan memanggilmu turun?"
"Kau memang kejam, aku membencimu, Edward." ia berteriak sekali lagi dan berlari menaiki anak tangga menuju lantai atas dengan amat tergesa-gesa. Hingga saat ini Gina masih tidak menyadari kehamilan keduanya segala sakit yang ia rasakan dianggap sebagai efek dari serum yang Jacob berikan, Kyle menceritakan hal itu pada Gina tapi tidak mengakui bahwa gadis itu sedang hamil lagi.

Acara piknik pagi ini pun gagal total. Gina mengunci diri di dalam kamar begitu pula dengan Kyle, ia mengurung diri dalam ruang kerjanya. Sementara Jared merasa terhibur oleh si tua Fredy. Entah mengapa kepala pelayan angkuh itu mau turun tangan untuk membantu pengasuh Jared.

***
Kyle menerima kunjungan panitia pesta rutin yang ia adakan untuk rapat mengenai tema pesta bulan depan. Mereka adalah Melisa Mortov, istri pemimpin tertinggi kepolisian, kemudian Anastasia Luis, istri mentri perhubungan. Dan Rebecca Johnsons, aktris kawakan yang selalu memerankan tokoh protagonis religius.

Mereka--kecuali Rebecca--datang mewakili suaminya masing-masing. Untuk pertama, Kyle menyerahkan tiga kotak perhiasan kecil yang masing-masingnya berisi empat butir berlian. Itu adalah pembayaran Kyle atas jasa yang dilakukan oleh suami mereka. Sementara Rebecca adalah aktris cerdas yang gila pesta vulgar, idenya selalu cemerlang.

"Apa sovenir undangan kita kali ini?" tanya Ana setelah menghembuskan asap rokok tebal ke tengah ruangan dari bibirnya yang dipoles lipstik merah berani. Noda lipstik tertinggal pada filter rokok putih yang ia pegang.

"Tolong jangan aneh-aneh lagi. Ide sperma kemarin cukup membuat kita kewalahan karena harus menyewa pria-pria untuk melakukannya." Melisa melotot pada Rebecca yang dibalas seringai sinis dari aktris itu.

"Kalian saja yang bodoh, kenapa tidak membelinya dari rumah sakit?" komentar Rebecca enteng.
"Mereka akan bertanya ini dan itu, lagi pula lebih murah dengan menyewa para pria itu." Melisa membela diri.
"Bilang saja kau tidur dengan salah satu dari mereka." Ana ikut melibatkan diri dalam diskusi itu.
"Salah satu? Oh, tidak. Kami bertiga, threesome adalah yang terbaik. Rasanya aku ingin punya dua suami." Melisa menerawang jauh. Kyle dan Anna mendengus jijik sementara Rebecca tersenyum sinis.

"Baiklah, Mam, kalian bisa melanjutkan fantasi kalian di luar kastil ini. Yang jelas aku ingin mengajukan ide mengenai sovenir undangan kita kali ini." Kyle menengahi.

"Kuharap sesuatu yang sensual." ujar Rebecca.
"Seperti vibrator berbentuk kelamin pria?" Melisa menyeringai.
"Hentikan laju otak mesummu sejenak saja, Melisa." Ana mendengus kesal.

Kyle mengabaikan hal itu, "Aku ingin pesta kita elegan. Tema kali ini adalah pesta kostum, kirimkan topeng sebagai sovenir undangan."

"Hanya topeng?" Rebeca membelalak pada Kyle. Dari suaranya ia tidak setuju dengan ide itu.
"Ya, aku setuju dengan pesta kostumnya, tapi sovenir undangan itu hanya topeng? Kurasa kita mengalami penurunan kualitas." timpal Melisa.
"Hanya topeng." Kyle menegaskan.

Melisa mencoba sebisa mungkin mendapatkan perhatian Kyle.
"Apakah kita mengalami kesulitan dana? Aku bisa meminta suamiku untuk menyumbang."

"Suamimu saja mendapatkan uang dariku, jangan terlalu sombong, Melisa." ujar Kyle sinis dan bibir wanita itu mengerucut kesal.

"Kurasa Kyle mempunyai alasan pribadi dengan tema ini. Bagaimana pun dia adalah tuan rumahnya dan kita harus setuju, lagi pula ini kali pertama ia mengajukan ide." Ana menengahi mereka dengan bijaksana.

"Baiklah kalau begitu," Melisa mendesah berat, "aku dan suamiku akan menggunakan kostum Adam dan Eva." Melisa tersenyum puas.
"Sebelum mereka diusir dari taman Eden." sahut Rebecca ketus.

Kyle menyudahi pertemuan itu secara sepihak, masalah dengan gadisnya di lantai dua sudah cukup pelik, dan mendengar suara tiga wanita saling bersahutan tidak membuat suasana hatinya lebih baik.

Ia melangkah menuju jendela dan menarik tirai merah hingga menutupi jendela sepenuhnya. Sinar matahari siang yang terik menembus tirai merah tersebut, memberikan efek merah dan panas dalam ruanga kerja Kyle. Kondisi yang amat membangkitkan gairah untuk bercinta.

"Baiklah, Mam, urusanku sudah selesai. Silahkan gunakan ruangan ini dan manfaatkan waktu kalian sebaik mungkin." kemudian ia melangkah ke ambang pintu.

"Kau tidak bergabung bersama kami?" Rebecca tersenyum sensual.
"Aku tidak dalam kondisi yang baik untuk bercinta." gumam Kyle kemudian melangkah keluar dan Ana bangkit terburu-buru mengikuti pria itu.
"Kau juga, Ana?" Melisa mengangkat satu alis pada wanita itu.

Ana menatap kedua wanita yang tersisa dengan ngeri. "Aku penganut aliran satu arah, terimakasih." jawab Ana ketus.
"Tapi kami bisa mengajarimu." Rebecca menyeringai lebar.
"Tidak, terimakasih." ia menoleh pada Kyle yang telah bergerak menjauh, "tunggu aku, Kyle."

"Ia masih belum menyerah mengejar pria itu. Ana yang menyedihkan." gumam Melisa.
"..." Rebecca tidak merespon gerutuan Melisa, sebaliknya ia menatap lapar pada wanita itu.
Melisa menyadari tatapan panas Rebecca pada dirinya. Ia memajukan tubuhnya perlahan ke arah Rebecca dan menyusupkan jemarinya ke dalam rambut wanita itu. Kemudian mereka berciuman dan melakukan hal yang menurut keduanya sudah seharusnya mereka lakukan.

Gina menunduk ke bawah dari selasar lantai dua. Ia telah berhasil meredam emosinya, ia akan mengalah dan memainkan peran sebagai ibu yang penuh kasih bersama Kyle demi putra mereka, Jared. Pertengkaran mereka membuat bayi tidak berdosa itu menjadi korban dan Gina merasa bersalah karenanya.

Kyle melangkah keluar dari ruang kerjanya, entah karena merasakan tatapan Gina atau hanya karena insting, Kyle mendongak ke atas dan ia bertemu mata dengan Gina. Ia membalas tatapan Gina sambil lalu karena untuk kali ini ia tidak ingin berdebat dengan gadis itu. Kejutan kedatangan Garrick hari ini dirasanya cukup menjadi masalah dan ia tidak ingin masalah lain. Kyle mengabaikan Gina dan ia melangkah ke ruangan lain.

"Kyle." suara lembut menggoda itu menarik perhatian Gina. Seorang wanita bergaya elegan berlari kecil mengikuti pria itu. Tidak seperti Kyle, Ana tidak menyadari kehadiran Gina.

Gina terdiam dan merenung, ia merasa sedih dan marah di saat yang bersamaan. Gina terbakar cemburu.

Jelas saja ia mengabaikanku. Rupanya ia sedang bersenang-senang dengan wanita lain. Dasar pria brengsek, jangan kira kau bisa menyentuhku lagi.

Tidak terasa Gina telah terdiam disana lima menit lamanya, terlarut dalam pikirannya yang rumit. Perhatiannya terpecah ketika pintu ruang kerja Kyle kembali terbuka dan dua wanita yang terlihat berantakan dengan wajah merona merah berjalan keluar bersamaan. Mereka tersenyum penuh makna dan terlihat puas ketika berjalan menuju ruangan yang sama dimana Kyle pergi.

Tidak hanya satu? Tapi tiga? Menjijikan! Aku akan pergi dari sini. Bagaimana jika aku menuntut Edward melalui jalur hukum agar mendapatkan hak asuh Jared? Mungkin itu patut dicoba.

Gina kembali masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang