Ketiga Puluh Enam

5.2K 528 4
                                    

PRIA muda itu duduk dengan sikap siaga di hadapan Garrick. Setelah sembuh total dari kecelakaan yang bahkan ia sendiri tidak ingat kejadiannya karena ia terlalu mabuk, sekarang ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada malam pesta itu. Oleh karena itu ia mendatangi pria angkuh ini di kantornya.

"Tolong ceritakan padaku, Garrick. Kumohon." katanya dengan nada mengancam.
Garrick menatap pria muda itu dengan wajah datar dan malas seolah enggan menemuinya.
"Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa jangan minum terlalu banyak? Minuman itu telah diberi obat dan kau tidak percaya."
"Percuma saja kau menasihatiku sekarang, tidak mengubah apapun. Yang kubutuhkan sekarang adalah informasi apa yang kita dapat? Apa yang kita lakukan? Mengapa aku bisa mengalami kecelakaan dan hampir koma?"

"Mungkin sebaiknya kau melibatkan aku untuk bercerita padamu." suara santai penuh wibawa itu menarik perhatian Tim dan Garrick. Khususnya Tim, ia memutar lehernya ke belakang dan melihat seorang pria pirang bermata biru berdiri di sana dan tampak sangat berwibawa. Sekilas ia terkejut, Kyle berseragam polisi? Setelah ia cermati ternyata mereka dua orang yang berbeda.

Tim melirik Garrick dan bertanya dengan rahang terkatup rapat, "siapa dia?"
Garrick mengangguk pada atasannya, "Dia adalah Bradley Quentine, atasanku yang baru sekaligus pria yang membawa kita pada situasi ini."
Tim kembali menoleh pada Quentine dan memberi tatapan menilai, "Bagaimana caranya atasanmu terlibat dalam hal ini? Apakah dia juga menghadiri pesta?" ia kembali bertanya pada Garrick. Baginya tidak mungkin pria seperti ini ikut campur dalam hal yang bukan bagiannya.

Quentine melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Kemudian ia mengambil tempat duduk di sudut lain meja yang terletak antara Tim dan Garrick.

Sudut mata Quentine sedikit menyipit kala menatap Tim, memandang wajahnya sekarang membuatnya teringat pada bagaimana mereka berusaha melarikan diri sambil membawa serta dua orang tidak sadarkan diri. Pada mulanya Tim masih mengoceh karena adrenalinnya meningkat. Pria itu memuji cara mengemudi Quentine yang gila ketika menghindari kejaran anak buah Kyle.

Tanpa pengaruh minuman, Tim layak disebut detektif.
"Bagaimana kondisimu?" tanya Quentine.
Tim mendengus sinis, ia tahu bahwa dirinya menjadi banyolan di antara mereka bertiga, ia akui mabuk dan tidak sadarkan diri saat menjalankan misi adalah tindakan memalukan.
"Aku lebih dari sehat untuk mendengar cerita kalian berdua tanpa dibumbui atau dikurangi sedikitpun."

Quentin mengedikan alis dengan cara yang angkuh dan bibirnya mencebik.
"Ya, aku percaya itu." kemudian ia mulai bercerita kejadian yang sebenarnya bagaimana ia bertemu Garrick lalu alurnya sedikit mundur pada saat ia bertemu gadis bermata hijau yang kemudian ia tahu adalah putri Garrick. Lalu ia menceritakan secara singkat ketika harus menghancurkan terakota Cina di kepala raksasa itu untuk menumbangkannya dan menyusup masuk menyelamatkan Tori.

Ketika itu ia mendapati Tori sedang tertidur pulas di atas ranjang, secara keseluruhan terlihat normal kecuali satu tangannya diikat pada tiang kanopi. Tidak sulit membebaskan Tori karena belenggunya terbuat dari beledu, Quentine hanya perlu merobeknya dengan pisau lipat. Ketika menggendongnya, gadis itu terasa amat ringan sehingga tidak mempengaruhi kecepatan langkah Quentine sedikit pun. Ia meraih mantel bertudung milik salah seorang tamu yang berperan sebagai gembala domba dan menutupkannya pada tubuh Tori, sebelum membawa wanita itu keluar, Garrick menarik tubuh limbung Tim dari meja counter dan membawanya ke mobil. Sampai saat itu para penjaga kastil Highleigh masih tidak menyadarinya karena mereka bukan orang teler pertama yang pulang, sebelumnya sudah sangat banyak.

Quentin mendudukan Tori di jok belakang bersama Tim. Ia mengambil alih kemudi sementara Garrick duduk di sebelahnya. Mobil mereka baru enam menit meninggalkan kastil kemudian terlihat beberapa mobil dengan membabi buta mengejar mereka.

Satu mobil menabrak mereka dari samping kanan hingga mobil mereka terguling. Quentine dan Garrick yang tidak pingsan sempat menyelamatkan diri walau Garrick harus terlempar melewati kaca depan mobil. Sementara Quentine tidak parah hanya lengan, namun dua orang di belakang mereka yanh awalnya sekedar pingsan atau teler menjadi koma.

"Satu hal yang aneh di ini." cetus Quentine, "beberapa saat setelah aku dan Garrick pergi ke kafetaria untuk sarapan, kala itu masih gelap walau menjelang pagi, tiba-tiba saja alat bantu pernapasan Tori mengalami kerusakan hingga wanita itu meregang nyawa. Sekarang kita kehilangan saksi kunci untuk menuntut Kyle."

"Kau bilang kau bertemu Gina." kata Tim, "bagaimana kabarnya?"
"Dia sangat baik, nyaris seperti orang yang mengenal seluk-beluk kastil itu."
"Apakah dia bahagia?"
"Sangat, kecuali saat ia menyampaikan pesan untuk Garrick Dawson. Ia agak muram."
"Karena itu kau tidak selamatkan dia?"
"Aku tidak tahu dia putri bawahanku." Quentine membela diri, "Ah, kita bisa meminta putrimu bersaksi untuk kita." tiba-tiba tercetus ide di benak pria itu.

Tim tampaknya setuju dengan ide itu, mereka berdua menoleh pada Garrick dan melihat pria itu menggeleng. Ia merasa percuma saja.
"Kurasa dia tidak akan bersedia." jawab Garrick.
Tim heran, "Memangnya kenapa?"
"Gina tidak mungkin mencelakai ayah dari bayinya."

Sekarang Tim menjadi satu-satunya yang terkejut, "Maksudmu?"
"Anak dalam gendongan Kyle tempo hari adalah anaknya bersama Gina." jawab Garrick muram.
"Itu, itu-, apakah Gina diperkosa?" sura Tim nyaris sarat dengan kebencian.
"Aku juga tidak tahu." Garrick mengakhiri.
"Kalau begitu aku harus fokus pada penyelidikan kasus dugaan kepemilikan gudang senjata. Hanya itu satu-satunya cara."
"Atau... kita harus mengungkap kejanggalan tewasnya Tori di rumah sakit, aku rasa ada yang tidak beres." Quentine mengumumkan idenya.

"Lawan kita, pria ini sangat kuat, dia telah menancapkan cakarnya dimana saja, di kepolisian, di rumah sakit, di pemerintahan, di bea cukai, bahkan... di keluargaku." emosi Garrick memuncak.
"Ehm... Dia menantumu secara tidak langsung." Tim menggerutu geli dan hanya mendapatkan lirikan tajam dari wajah sangar Garrick. "Well, akan kuusahakan kita mendapatkan ijin kunjungan sekali lagi ke kastil Highleigh, tapi kuharap kalian bersabar karena mendapatkan ijin itu membutuhkan waktu."

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang