9. Never Enough

1.3K 255 42
                                    

Soundtrack for this part:
Dive - Ed Sheeran

"Kau selalu datang di saat yang tidak tepat. Masuklah."

Aku berkacak pinggang, saking kesalnya, menyesal sudah menyuruh Jose datang malam-malam begini di saat aku sedang bergairah. Lantas, dia masuk dengan pandangan yang menatap sekeliling ruangan apartemen, serta kuikuti langkahnya menuju sofa depan televisi.

"Sayang, tolong bawakan kaosku. Kemarilah, si kampret Jose sudah datang," panggilku pada Adel. Aku hampir lupa,  kalau dadaku masih terekspos tanpa sehelai benang.

"Jadi, kau sudah mendapat rekomendasi dokter mana yang bisa menangani hypersex-ku ini? Dokter yang bisa jaga rahasia, dipercaya, dan harus seorang pria."

Jose langsung mengelus sekilas jakunnya, nampak seperti orang berpikir. "Hm... belum ada. Besok baru aku akan ke rumah sakit mencari dokternya."

Adel keluar dari dalam kamar membawa kaosku. Mataku langsung berbinar melihatnya mengikat rambut. Sungguh, rambutnya yang sedikit bergelombang dan diikat menjadi satu gundukkan itu, sangat membuatnya semakin cantik dan manis.

Oke, fokus ke Jose, Marc!
Batinku menampar untuk kembali mengarahkan pandangan pada Jose.

"Kau ingin segelas sirup, Jose?" tawar Adel dengan senyum manisnya.

"Ya, tentu. Kebetulan, tenggorokanku juga kering," sahut Jose, seraya mengelus lehernya dramatis, membuatku mual melihat ekspresinya yang satu ini.

"Akan kubuatkan."

Adel memberikan kaosku, lantas aku mengenakannya. Setelah itu, dia pun melenggang jauh menuju dapur.

"Usahakan kau segera dapat dokternya. Cari yang benar-benar bisa dipercaya dan buatlah kontrak dengannya. Aku tidak mau aibku ini terendus oleh media dan haters," Aku memijat pelipisku sesaat. Sungguh, kepalaku sangat pening memikirkan hal ini. "Satu lagi, kau harus akhiri perjanjian kontrakku dengan Audrey. Saat ini dia masih di Berlin, hubungi saja dia dua hari mendatang."

"Audrey di Berlin? Kau menghubunginya langsung?!" Jose terkejut dengan suara yang cukup melengking, dan mencondongkan kepalanya ke depan untuk memastikan yang barusan didengarnya.

"Ssst... jangan membahasnya keras-keras," kataku, menaruh jari telunjuk tepat di bibirku, sembari melirik arah dapur. "Kemarin saat di Silverstone aku make out dengannya dan menelponnya langsung. Aku tidak bisa lagi menahan gairahku. Tapi sialnya, aku khilaf menjawab telepon Adel saat jalang itu mendesahkan namaku."

Aku mengerang frustasi setiap kali mengingat kejadian kemarin. Memang, aku langsung melarikan diri ke New York, setelah dari Silverstone, hingga aku belum menceritakannya pada Jose.

"Inilah konsekuensinya, aku harus berubah demi Adel. Maksudku, aku harus berhenti dari kecanduanku," jelasku lagi. Kuhela napas dan bersandar pada bahu sofa.

"Marc, jangan bergosip di belakangku. Gosipan kalian terdengar sampai sini!"

Seketika, teriakkan Adel mampu membuatku terdiam. Sementara, Jose kembali menutup mulutnya, setelah sekian detik menganga mendengar ceritaku.

"Kusarankan, jika kau memang benar-benar ingin berhenti dari kecanduanmu itu, sebaiknya kau kurangi kedekatanmu dengan Adel."

Mataku langsung melotot ke arah Jose. Sadarkah yang dikatakannya barusan?

"Maksudmu apa? Aku hanya butuh kau mencarikanku dokter profesional yang bisa mengatasi gangguan hypersex-ku, bukan saran konyolmu," sahutku dengan dongkol. Kedua alisku terangkat otomatis, sarat akan penolakan dan tidak terima mendengar ucapan asistenku ini.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang