6. This is Us

1.5K 249 70
                                    

Soundtrack for this part:
When I See You Smile - Bad English
Good Intentions - The Chainsmokers ft. BullySongs
Locked Away - R City ft. Adam Levine

⚠: 18++

Pagi ini pandanganku dan Adel menelusuri langit kamar dengan sedikit bentangan jarak di antara kami. Semenjak kami membuka mata beberapa menit lalu, Adel hanya menggumamkan kata 'hm' ketika aku memanggilnya. Kami seperti terjebak dalam pikiran kami masing-masing. Aku masih memikirkan cara untuk bisa mengontrol gairahku ketika berada semakin dekat dengannya, dan aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

"Sayang...."

Aku memanggilnya, dan dia langsung melirikku. Netra biru yang membuat hatiku teduh itu adalah salah satu bagian favoritku, setelah bibir tipisnya.

"Kau masih percaya, bahwa aku dapat mengontrol gairah seksku?"

Kutatap dia dengan penuh harap. Jika ada kontes menatap orang paling lama, maka kupastikan diri ini yang paling betah berlama-lama memandangnya. Dia menganggukkan kepala, membuatku terkekeh seakan mencibir diriku sendiri, lalu kupalingkan kembali wajahku pada langit kamar.

"Kenapa kau tertawa? Jangan bercanda," kata Adel, seraya mengubah posisi tidurnya untuk menyamping menghadapku. Tangannya mengembara di atas hidungku dan mengelus dahiku sekilas.

Lantas, tanganku juga bergerak menggerayangi pahanya, yang setengah tertutupi celana pendek di dalam selimut, dan serefleks itu pula dia membawa tanganku ke depan dadaku.

"Kau pasti bisa mengontrolnya dan tidak akan mudah terangsang, jika kau tidak membelai bagian kulitku selain wajah." Adel melepaskan tangannya dari tanganku, lalu mendekap kedua tangan di depan dadanya.

"Apa kau ingin membunuhku secara perlahan? Jangan terlalu membatasiku akan dirimu. Kau tahu benar, gairah seksku hanya meningkat drastis saat aku merasa lelah dan tertekan. Jadi, aku tidak akan melakukan hal yang lebih padamu, ketika tubuh dan pikiranku merasa baik-baik saja. Lagi pula, selama ini aku tahu batasanku."

"Jangan berkata seperti itu. Ini semua demi kesembuhanmu. Maksudku, kita bisa mengurangi kegiatan seks kita, dan itu akan membuatmu terbiasa tanpa seks. Oke, aku tahu gairah sialanmu akan meningkat saat kau lelah dan tertekan, maka dari itu, kita harus konsultasi ini ke dokter."

"Kau tidak menerima kekuranganku," protesku dengan nada menuduh.

Sungguh, aku hanya berjanji untuk mengontrol gairahku dan tidak berhubungan lagi dengan Audrey. Namun, mengapa dia malah membatasiku juga untuk menyentuhnya?

"Marc...," Adel diam sejenak dan menghela napas berat. "bukan itu maksudku. Kau sudah berjanji akan mengontrol gairahmu. Jadi, selama kau dalam masa penyembuhan, kita hanya boleh sekedar berciuman," Dia sedikit menggeser tanganku, memberi ruang untuk kepalanya bersandar di dadaku. "Aku suka kita yang seperti ini. Kau harus konsisten dengan janjimu, dan ikuti saja arahanku sampai kau benar-benar berada di dalam batas pria normal," jelasnya lagi, sembari menarik-narik tengah kaosku.

Aku hanya menggelengkan kepala sesaat untuk meringankan segala beban yang bertengger di kepalaku, kemudian mengembuskan napas pelan.

"Oke," sahutku lemah.

Kutepis dengan kasar pemikiran tentang aku sulit untuk berubah dan akan terus terjebak dalam libido kecanduanku. Jika aku berpikir Adel tidak menerima kekuranganku, lalu untuk apa dia bertahan denganku sampai sejauh ini?

Tiba-tiba terdengar suara teriakkan Mail mengeong beberapa kali di dalam kandangnya, dan itu sangat mengganggu pendengaranku. Aku langsung menoleh ke arah pintu, sembari menghela napas lagi.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang