54. Planning Ahead

1K 166 120
                                    

Soundtrack for this part:
Looking Up - Paramore
One And Only - Adele

: 18++

Mataku memandangi beberapa deretan bukit tandus, yang membentang di sepanjang jalan menuju Cervera. Aku mengemudi diiringi lagu Spanyol, yang terputar di dashboard mobil Jose. Kutengok sekilas dia masih nyaman dalam lelapnya. Keputusanku untuk mengganti dia menyetir, memanglah cukup benar. Kendati, rasa tanganku sudah mulai kebas.

Jose tertidur sesudah menceritakan tentang calon istrinya. Kuakui, dia pria yang cukup manis di balik wajah sangarnya, jika dibandingkan dengan sikap temannya—si berengsek Marc.

Mengingat tentang Marc, aku sengaja tidak memberi tahu kedatanganku, lantaran ponselnya masih tidak aktif sejak semalam. Kuputuskan menghubungi Jose langsung, dan beruntung pula dia mau menjemputku pagi-pagi sekali. Bahkan, saat matahari belum sepenuhnya nampak di ufuk timur pun, dia sudah tiba di apartemenku.

"Oh, ya Tuhan!"

Seruanku memekik, kala seekor anjing melintas cepat di depan mobil. Hampir saja aku menabraknya, jikalau kakiku tidak cekatan menginjak pedal rem. Imbasnya, tubuhku spontan tertarik ke depan. Tak terkecuali Jose, dia langsung terbangun saat merasa tubuhnya terguncang. Meskipun, kami sudah memakai sabuk pengaman.

"Kenapa?" Suara Jose parau terdengar, dia menatapku penuh tanda tanya.

"Ada anjing lewat."

Aku menarik perseneling, kembali menginjak pedal gas dan menyetir dengan bantuan maps mobil. Kulihat petunjuk arahnya akan memasuki wilayah Cervera.

"Berhentilah. Biar aku yang menyetir."

Tentu saja aku tidak menolak akan ucapan Jose barusan, dan langsung menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Apa kau lelah? Jangan beritahu Marc, kalau kau menggantikanku menyetir, ya? Aku tidak sanggup mendengar omelannya."

"Tentu saja aku lelah. Tapi, tidak apa-apa, karena kau selalu baik padaku. Jangan pikirkan tentangnya."

Aku melepas sabuk pengaman dan mengambil ponselku di atas dashboard kemudi, barulah keluar menuju pintu sebelah kanan. Sementara, Jose merengsek ke kursi kemudi tanpa turun dari mobil.

Bergegas memasuki mobil lagi, aku langsung memasang sabuk pengaman. Jose mulai menarik perseneling dan menginjak pedal gas untuk melanjutkan perjalanan kami. Tangannya tergerak menurunkan kacamata dari puncak kepala, barulah mengemudi dengan santai.

"Jadi, bagaimana dengan pernikahan kalian? Apa kau sudah siap?" Jose memulai obrolan kami lainnya.

"Tentu. Aku sudah memimpikan pernikahan dengannya sejak dulu. Justru aku yang berpikir, bahwa dia belum siap. Bagaimana menurutmu?"

"Apanya?" Jose tergelak dengan melihat padaku sejenak.

"Menurutmu, Marc bagaimana? Hal apa yang sekiramu buat dia memutuskan pilihan ini? Kau pun tahu, prioritasnya selama ini adalah membalap, bukan menikah muda, sebelum mengalahkan gelar juara dunia Valentino Rossi yang sembilan kali itu."

Jose mengatup mulutnya, nampak seperti berpikir. "Aku tidak tahu. Mungkin karena dia yakin, kau tidak akan mengganggu karir balapnya saat menikah, juga mungkin dia berpikir, kau yang terbaik untuk masa depannya. Dia tidak menceritakan padaku secara gamblang mengapa dia ingin segera menikahimu. Namun, aku cukup menyesali keputusanmu untuk menerimanya kembali."

Dia berujar panjang lebar, sukses membuatku melototinya sesaat.

"Mengapa?"

"Kau terlalu baik untuknya. Bahkan kupikir, kau akan menyiksa dia dengan tidak memaafkan perbuatannya lagi. Tapi, aku salah, kau kembali dengannya, dan kuharap dia tidak menyakitimu lagi."

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang