60. Begin Again - Andorra

1.6K 167 154
                                    

Soundtrack for this part:
Pillowtalk - Zayn
Love Me Like You Do - Ellie Goulding
Meant To Be - Bebe Rexha ft. Florida Georgia

⚠: 18++

Demi Mimi Peri dan dayang-dayangnya, seluruh tubuhku sudah teramat pegal sejak delapan jam yang lalu.

Kedua kakiku terangkat ke atas kursi mobil. Berbagai gaya duduk pun sudah kulakukan untuk menghalau rasa pegal, berharap segera sampai di rumah. Tak lama kemudian, aku pun langsung mendesah lega, kala mobil Civic R berwarna putih milik Marc, melintasi perbatasan Andorra di saat langit sudah gelap gulita, setelah melewati tempat pengecekan pasport kami.

"Tubuhku bisa remuk, kalau setiap hari berpergian jauh seperti ini."

Aku mengeluh. Kemudian, kusuapi satu gulungan bakmi pada Marc, yang berada di kursi kemudi. Lantas, dia mengunyah makanannya, sembari melirikku dengan alis terangkat.

"Akan kupijat kau setelah tiba di rumah," sahutnya dan tertawa sesaat, hingga mulutnya itu semakin terlihat lebar.

Oh, aku tidak tahu di mana letak lucu dari ucapannya.

Ikut memakan bakmi, aku mengabaikan suara tawanya dan memilih memandangi bangunan-bangunan di sepanjang jalan. Ini kali kedua aku kembali ke Andorra, setelah tahun 2015 lalu aku memergoki dia masturbasi di rumahnya seorang diri, selepas Sepang Clash.

Sialan, mengapa pula aku harus mengingat masa lalu pahit?

"Sayang, kenapa diam?"

Aku menoleh ketika Marc memanggilku. Mungkin dia dilanda rasa bingung, lantaran aku tidak menimpali ucapannya tadi.

"Tidak ada, Marc. Jika kau ingin memijatku, ya sudah, pijat saja. Tapi, aku ingin menanyakanmu satu hal," kataku, kembali menyuap bakmi ke dalam mulutku.

"Hal apa itu?" Kening Marc mengerut dan menatapku sekilas.

"Apa kau masih sering masturbasi selama kita putus? Atau kau menyenggamai seseorang lainnya?" tanyaku penasaran. Hal yang sejak dulu ingin kutanyakan. Namun, baru kali ini aku mengingatnya.

Marc membisu seperkian detik, mengembungkan kedua pipi dan menggerakkan alisnya—seolah berpikir keras untuk menjawab. "Hm... ya—aku sering masturbasi beberapa kali," jawabnya dengan santai, tanpa rasa berdosa dan tatapan yang lurus ke jalanan. "Tapi, aku tidak pernah menyenggamai siapa-siapa lagi setelah Audrey. Beberapa waktu lalu, tidak ada hal buatku begitu stres atau berpikir keras. Itulah sebabnya, aku masih bisa mengontrol libidoku dengan baik. Lagi pula, aku tetap rutin minum obat dari Dokter Oz."

Dia tidak melirikku, dan aku hanya diam tidak menimpalinya lagi. Semua hal tentang hypersex-nya masih mengganggu otakku, terlebih dia kembali menyebut nama Audrey. Ketakutanku lagi-lagi muncul, mungkin saja banyak wanita yang dia senggamai saat kami putus kemarin.

Rasanya, aku ingin mengolok dan menertawakan diri sendiri, setiap kali memikirkan kenyataan aku dinikahi oleh pria berengsek dengan gangguan seks seperti Marc. Yang lebih pahitnya lagi—dia sempat memiliki tempat kepuasan lain, ketika sudah bersamaku.

Memalingkan wajah ke arah jalanan, aku menurunkan kedua kaki dan meletakkan kap bakmi yang sudah tak bersisa ke atas dashboard, barulah melipat tangan di dada.

"Kumohon, berhenti memikirkan perilaku burukku yang ada di masa lalu. Berhenti bertanya hal yang hanya akan membuat hatimu sakit," ujar Marc. Suaranya pun terdengar ditekan jelas. "Bisakah kau percaya padaku? Aku mungkin bukanlah pria baik seperti pria-pria dalam novel yang sering kau baca. Tapi kau pun tahu, aku sedang berusaha memperbaiki diri. Aku—"

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang