28. The Mess You've Made

985 202 193
                                    

Soundtrack for this part:
Demons - Imagine Dragons

Y si con otro pasas el rato
Vamos a ser feliz, vamos a ser feliz
Felices los cuatro
Yo te acepto el trato
Y lo hacemos otro rato

Begitulah sepenggal lirik lagu favoritku, yang aku lantunkan di dalam mobil. Sambil bergoyang ria, aku menarik pedal gas memasuki kawasan apartemen Adel. Besok pagi aku harus pergi balapan ke Australia, dan sekarang aku ingin berpamitan dengannya.

Kurapikan jambulku, seraya berkaca pada spion dalam mobil. Setelahnya, aku menyambar kantong tas isi makanan Adel, yang dibuatkan Ibuku. Namun, begitu tanganku berniat membuka pintu mobil, mataku menangkap sebuah mobil Range Rover berwarna putih, berhenti tepat di belakang mobilku parkir.

Betapa terkejutnya aku melihat sosok Adel baru saja keluar dari pintu sebelah kanan mobil. Dia nampak tergelak, melambaikan tangan pada sosok pria yang berada di kursi kemudi mobil, barulah dia menutup pintu dan membiarkan mobil putih itu pergi.

Batinku menggeram kesal sesudahnya. Buru-buru aku membuka pintu mobil dengan garang.

"Menikmati harimu, hm?!"

Adel tersentak. Kakinya tidak jadi bergerak pergi saat menyadari kehadiranku di sebelah kanan parkiran. Nampak dia terheran menatapku dan ketakutan, ketika aku jalan menghampirinya.

"Marc...," Adel tersenyum canggung. "Apa yang kau bawa?" Matanya terfokus pada arah tanganku, yang memegang kantong tas makanan untuknya, seolah dia berusaha berdalih dari tatapan tajamku padanya.

"Masuk ke dalam mobil sekarang!"

Aku berbalik masuk ke dalam mobil, sudah tidak tahan lagi akan perasaan cemburu dan amarah yang sedang berkobar di ubun-ubun. Kubuka pintu mobil dan menutupnya dengan debam sangat keras, lantas menaruh kantong tas makanan Adel di atas dashboard.

Adel masuk ke dalam mobil, menuruti perkataanku. "Mau ke mana kita?" tanyanya rendah, tatapannya pun sedikit ketakutan melihat padaku.

Aku tidak akan mengajaknya ke mana-mana, lantaran aku tidak mungkin memarahinya di luar. Bisa-bisa ada yang memergoki kami, dan reputasiku buruk.

"Tidak salah, jika aku menuduhmu dengan si pirang tidak tahu diri itu. Sudah kubilang, jangan mendekatinya di luar jam kantor. Tapi, kau bahkan pulang dengannya!"

"Dia bosku di kantor, dan kami hanya—"

"Diam! Aku tak butuh pembelaanmu!" sentakku lagi. "Kemarin kau bilang, sudah membeli mobil. Tapi nyatanya, kau masih saja gatal diantar pulang olehnya. Dengar, Adel, aku menahan kemarahanku ini sudah sejak lama. Kemarin juga kau sudah begitu berani mengajaknya masuk ke dalam apartemen kita. Tapi, aku masih bisa mentolerir kegatalanmu itu, karena ada Kenny bersama kalian. Lalu, sekarang kudapati kau keluar dari mobilnya seorang diri dengan tawa!" makiku tanpa pertimbangan.

Adel melotot sesaat, menggeleng cepat untuk menyangkal perkataanku lagi. "Aku tidak seperti apa yang kau lihat dan pikirkan. Aku memang tidak membawa mobil, karena tadi pagi kami harus meeting di Tarragona untuk proyek iklan baru kami. Aku tidak berdua dengan Horan, ada Kenny juga bersamaku tadi," jelasnya, membuatku semakin geram.

"Berkilah dengan alasan pekerjaan lagi! Aku selalu memercayai apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Kapan kau bisa mengerti, bahwa aku tidak suka kau dekat dengannya? Apa kurang jelas ketidaksukaanku ini? Jangan terlihat seperti jalang yang mendambakan pria lain, di saat kau jauh dari radar kekasihmu!"

Mata Adel terpejam, seiring dengan lontaran kasarku padanya. Kali ini aku tidak peduli akan perasaannya, mengingat dia pun tak memedulikan perasaanku.

"Are you kidding me, Marc? Kau mengataiku jalang?" Dia tergelak ironi, seakan tidak percaya pada apa yang didengarnya barusan.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang