34. Drag Me Down

940 159 50
                                    

Soundtrack for this part:
Losing My Mind - Charlie Puth
Don't Be A Fool - Shawn Mendes

Aku baru saja tiba di bandara sepulangku dari Australia. Begitu aku memasuki toilet, aku melihat dua panggilan tak terjawab dan satu pesan dari Edward.

Jawab teleponku, bajingan

Jika kau benar-benar pria!

Aku duduk di atas closet, sambil mengacak rambutku gusar dan aku mengamati pesan Edward.

Tidak tahu lagi harus bagaimana, karena aku sudah terjebak dan tersesat kali ini, hingga ponsel dalam genggamanku kembali menerima panggilan masuk dari Edward.

Kupejamkan mata sambil menghela napas, menautkan ponsel di telinga. "Aku baru tiba di bandara dari Australia. Maaf, baru sempat men—"

"Aku tidak butuh omong kosongmu!" sahut Edward, memotong ucapanku dengan kurang ajarnya. "Apa yang kau lakukan pada kakakku? Mengapa kau memilihnya, membawanya, mempertahankannya, lalu menghancurkan hatinya?!" Dia memborbardirku dengan pertanyaan. Suaranya penuh penekanan, membuatku tahu dia kecewa padaku. "Lepaskan dia!"

"Tidak," sahutku cepat. Aku menahan napas sejenak. Semuanya terasa tercekat di kerongkonganku. "Maaf, mungkin kau kecewa dengan berita di luar sana. Tapi, demi Tuhan, Edward, aku tidak menyetubuhi wanita itu. Aku khilaf, dan aku tidak akan melepaskan Adel. Aku mencintainya."

Suaraku mendadak lirih. Jelas ini semua tidak hanya menyakiti wanitaku, aku juga ikut tersakiti di sini. Meski kutahu, akulah dalangnya.

Edward tergelak, seakan mencibir. "Mana mungkin aku memercayai bajingan jahat sepertimu. Kumohon, lepaskan dia. Dia bertahan hanya karena tidak ingin kau kecewa. Dia ingin kau berubah, tapi nyatanya kau tetap bajingan! Lepaskan dia, sebab dia tak kunjung melepasmu, maka kaulah yang harus melepasnya."

Aku diam sebentar, bingung merespon ucapan Edward. Pun dia juga terdiam, hanya helaan napas beratnya yang terdengar.

Benarkah Adel bertahan agar aku tak kecewa, jika dia melepasku lebih dulu karena segala sisi gelapku?

"Kakakku wanita yang mandiri. Dia keras kepala. Dia kokoh pada apa yang dianggapnya benar. Dia bukanlah penyangga pada sebuah bangunan. Dia adalah menara yang berdiri tegak di samping bangunan itu. Kau tahu maksudku? Kaulah bangunannya, dan dia selalu berdiri tegak di sampingmu. Tapi lihatlah, perlahan badai menerpa bangunanmu, hingga dia harus ikut merasakan terpaannya," Suara Edward berubah rendah dan penuh penekanan. "Melihatnya menangis karenamu, memberikan efek yang sama juga pada batinku. Dia satu-satunya yang kumiliki sejak orangtua kami tiada. Bahkan, Ayahku tidak pernah membuatnya menangis, sekalipun dia melakukan kesalahan. Lalu, kau datang merebut hati dan pola pikirnya, meski kusalutkan dia masih mendengar nasihatku untuk tidak memberi keperawanannya padamu secara percuma. Aku tahu, ada yang salah dengan kepalanya, sampai dia begitu memuja bajingan sepertimu."

Kepalaku mencerna dengan baik semua kata-kata Edward, menambah pukulan hebat di dalam sana. Mulutku kelu—tidak menemukan kata yang pas untuk menyahutinya. Aku tidak menyangka dia mengatakan semua tanpa penyaringan.

Apakah aku memang sebajingan itu di matanya selama ini?

"Andaikan orang-orang dapat lihat air mata dan luka tak kasat mata di relung hati Adel, sejak kau membuat kontrak tolol untuk menyetubuhi gadis payungmu, maka mereka tidak akan pernah memuji keharmonisan hubungan kalian."

Ucapan Edward begitu menohok hatiku. Tidakkah semua ucapannya begitu kurang ajar?

"Lepaskan dia, atau aku akan menendang bokongmu hingga kau terpental ke neraka!" lanjutnya lagi.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang