2. No Control

2.3K 285 79
                                    

⚠: 18++

"Marc, apa yang kau lakukan, idiot?!"

Aku tercengang melihat dua DVD dewasa berserakan di lantai. Tentu saja layar televisi sedang menampilkan adegan yang sangat menjijikkan untuk ditonton. Tangan Marc menelusup masuk di antara celananya.

Berengsek!

Sadar akan kedatanganku, dia langsung menghentikan aktivitasnya dan terkesiap, nyaris loncat dari sofa.

Aku keluar dari kamarnya, menutup pintu dengan gusar. Dia pergi dari Cervera tanpa memberi tahu semua orang, termasuk diriku. Lalu kini, aku memergokinya berada di Andorra dengan kelakuan yang sangat menjijikkan. Kudengar deru langkah mendekat dengan cepat.

"Adel, tunggu. Tunggu aku, Adel!"

Buru-buru aku menuruni tangga, berharap segera sampai di pintu utama rumah besar Marc. Tubuhku serta-merta terasa lemas saat ini.

"Tunggu aku! Jangan pergi, kumohon... aku tidak bisa lagi menahannya."

Dia memelukku sendat, ketika berhasil menggapai tubuhku dan menahanku untuk tidak melangkah lagi.

"Apa yang kau lakukan, idiot? Semua orang khawatir padamu, dan ternyata kau di sini menyendiri dengan perbuatan kotormu?!"

Aku menghujamnya dengan makian. Kulepaskan tubuhku darinya dan berbalik menatapnya tajam. Sungguh, otak warasku belum kunjung memproses sosok pria yang di depanku ini adalah Marc. Dia terlihat seperti iblis yang kacau dengan aroma alkohol menyengat dari mulutnya. Kini, dia menatapku malu dan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Aku hypersex...," ucapnya lirih. "Aku seorang hypersex, Adel," ulangnya lagi, membuat mataku langsung terbuka lebar mendengarnya. "Gairahku akan meningkat dari biasanya, jika aku merasa lelah dan tertekan. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku butuh menyalurkan hasratku ini, karena aku tidak mungkin menyetubu—"

"Hentikan, Marc!" Suaraku meninggi, sambil menatapnya bergeleng. Aku tahu kalimat terakhirnya dan aku tidak ingin dengar. "Kau psikopat!" cibirku, lantas melanjutkan langkah.

"Semua orang menyalahkanku. Mereka menghina dan merendahkan harga diriku. Kau pun tahu, kejadian bersama Vale hari Minggu lalu sangat membuatku terpukul. Sekarang kau ingin menambah pukulan itu dengan meninggalkanku?"

Lirihan Marc membuat langkahku langsung terpaku di tempat. Hubungan kami baru berjalan satu bulan yang lalu, dan tentu saja aku terkejut mengetahui sisi lain dirinya. Tulang-tulangku seakan lumpuh, hatiku bagai dihantam telak karena mengetahuinya.

"Aku tidak melukaimu. Aku melukai diriku sendiri. Tapi, pergilah jika kau ingin pergi, aku takkan menahanmu untuk bersama seorang pecandu seks."

Tumitku berputar dan kembali berbalik. Kenyataannya, ucapan Marc meluluhlantakkan dinding pertahananku yang tadi ingin segera pergi. Hatiku luluh lantak, kala dia menahan sudut matanya untuk tidak menangis.

"Kau sungguh idiot!" cibirku lagi.

Melihat matanya merah dengan tatapan seakan hampa, membuatku kembali melangkah ke arahnya. Siapa pun yang melihatnya pasti langsung iba saat ini. Aku tidak ingin menjadi kejam atau jahat. Sepang Clash lalu memang membuat dia sangat terpukul. Aku dan semua orang pecinta MotoGP pasti tahu kejadian itu. Kini, aku tidak harus menyeret diri untuk ikut menghakiminya. Kendati, hal ini kasus yang berbeda.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang