80. Fragile

329 38 65
                                    

Soundtrack for this part:
Fragile - Price Fox ft. Hailee Steinfeld
Fire On Fire - Sam Smith
Strong - One Direction
Everything I Wanted - Billie Eilish

"Di mana semua orang?" tanyaku parau, mataku memicing memandangi seluruh penjuru ruangan putih—khas rumah sakit, mendapati seorang perawat wanita sedang bergelut dengan tiang infus di sebelahku.

"Orang-orang dari Honda baru saja keluar sekitar duapuluh menit yang lalu," sahutnya tanpa menengok ke arahku. "Eh, eh, jangan dulu banyak bergerak, Marc...."

Cekatan dia menahanku bangkit, setelah melihat pergerakanku yang teramat ingin untuk duduk.

"Berhati-hatilah, tulang lengan kananmu itu retak," peringatnya lagi.

Kemudian, dia melanjutkan pekerjaannya di saat aku sudah kembali berbaring. Aku menghela napas panjang. Leher dan bahu kiriku benar-benar terasa berat, karena harus menopang balutan gips penyangga lengan kananku. Sialannya, bengkak di lenganku masih terasa, jari-jari kananku begitu kaku dan kepalaku pun masih pening. Tapi, aku menginginkan satu orang lainnya bersamaku di sini.

"Apa istriku juga ada di sini tadi?" tanyaku lagi.

Yang benar saja, setelah kecelakaan hebat, aku malah ditinggalkan begini dengan seorang perawat.

"Ya, orang-orang terpentingmu berada di sini saat kau tidur tadi. Adel akan kembali, setelah dia mengambil beberapa keperluanmu."

Si perawat mulai mengarahkan sebuah suntikan ke tangan kananku, yang mana membuatku melotot seketika.

"Hey, aku baru saja bangun, dan kau akan kembali membuatku tertidur dengan menyuntikkan obat bius?!" selaku cepat, sebelum tangannya mengarah padaku.

Si perawat justru terkekeh, dan hal itu tidaklah lucu menurutku. "Marc, yang cedera itu lenganmu, bukan otakmu," katanya, perlahan mendorong ujung suntikannya. "ini untuk infusmu."

"Uh!" Seketika aku mengerang kesakitan dan memejamkan mata sejenak, saat si perawat menyuntik punggung tanganku.

Sialan.

Aku membuka mata, melemparkan senyum canggung pada si perawat—merasa sedikit malu. Betapa bodohnya aku berpikir akan dibius sekarang. Kendati, aku sudah tahu hari ini aku akan naik meja operasi—lagi.

"Operasimu akan dimulai dua jam mendatang. Jadi, gunakan waktumu dengan baik, karena kau akan dilarang mengkonsumsi apa pun ke dalam perutmu selama satu jam sebelum operasi."

"Ya, aku mengerti. Bisakah aku minta tolong, panggilkan istri—"

"Hai...."

Ucapanku otomatis terhenti, ketika melihat Adel datang dengan satu tas jinjing besar di tangannya. Secara naluriah, hal itu membuatku mengulum senyum senang.

"Adel, dia mencarimu sedari tadi," kata si perawat. "Tolong, terus pantau dia untuk berhati-hati dengan lengannya. Kau tahu suamimu begitu aktif," Dia terkekeh sebentar, lalu membuka balutan masker yang memenuhi mulutnya untuk tersenyum ramah pada kami. "Baiklah, pekerjaanku sudah selesai. Sampai jumpa setengah jam lagi, Marc."

"Terima kasih," ucap Adel pada si perawat.

Dengan begitu, si perawat pergi meninggalkan ruangan dan hilang ditelan pintu.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang