41. One Call Away

811 157 46
                                    

"Kau masih mau motor barumu? Aku akan minta bantuan Horan untuk mencarikannya."

Aku bertanya pada Ed, yang berada di kursi kemudi. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju kantorku. Aku tidak berangkat dengan Kenny, karena pagi-pagi tadi dia kembali ke rumahnya.

Ed tersenyum lebar, hingga gigi kelincinya yang sangat manis itu terpampang jelas. "Serius? Tentu saja mau. Kukira, kau sengaja melupakan janjimu untuk membelikanku motor baru," ujarnya, tak mampu menyembunyikan rasa senang.

"Ya, akan kuusahakan secepatnya."

Aku menarik pandangan dari Ed untuk kembali menatap jalanan. Aku sedikit kerepotan harus berbagi kendaraan dengannya, karena dia pun kini memiliki kesibukan lain, yaitu bekerja di salah satu kedai makanan, yang jaraknya lumayan jauh dari apartemen baru kami. Akhir-akhir ini dia yang bertugas mengantarku ke kantor, dan pulangnya aku akan menumpang pada Kenny atau Horan.

"Hari ini kau baik-baik saja, 'kan? Tidak ada sesuatu yang merusak suasana hatimu lagi, terlepas dari pertengkaran kita semalam, 'kan?" tanya Ed, ketika mobilku melesat masuk ke halaman kantor.

"Ya, sudah cukup baik, karena semalam Kenny membuatku tertawa sebelum tidur."

Aku membuka lilitan sabuk pangaman di dadaku, sembari melirik Ed.

"Oh, bagus. Kau harus mempertahankan kekuatan dirimu. Sejak kemarin kau juga belum mengisi kuota internetmu, 'kan?"

Sungguh, pertanyaan Ed yang satu ini membuatku mengernyit keheranan.

"Belum. Lagi pula, di kantor ada Wi-Fi. Mengapa? Ada apa kau bertanya seperti itu? Sejak kapan kau peduli akan kuota—"

"Tidak, tidak ada," sahut Ed cepat.

Dia memutar setengah badannya ke arah kursi belakang mobil, tangannya terulur panjang meraih kotak yang diletakkannya di sana, membuatku kembali mengernyit.

"Tolong, berikan ini pada gadisku. Aku lupa memberikannya semalam," ujarnya, sembari menyodorkanku sebuah kotak lumayan besar, yang kuyakini isinya cokelat.

Menerima kotak itu, aku memandanginya dengan lekat nan menilai. "Kau sehat?"

"Ya, tentu saja. Kau pikir aku sakit? Cepatlah keluar. Aku belum memandikan dan memberi Mail makan, sebelum berangkat ke kedai." Ed mengibaskan tangannya, mendorong bahuku pelan agar aku segera keluar.

Berdecak sebal, aku pun keluar dari dalam mobil, sambil mengamati kotak cokelat yang kupegangi. "Hati-hati di jalan. Da—ah!" Aku melambaikan tangan, mengamati mobil perlahan melesat keluar dari halaman kantor.

Sejak kapan Edward Williams yang anti romantis itu, memberi cokelat pada kekasihnya? Sungguh, ini seperti bukan dirinya. Sekarang aku menaruh sedikit rasa cemburu pada Kenny.

Sesudah menempelkan jari telunjukku pada mesin absensi, aku bergegas masuk ke dalam kantor. Mataku menangkap sosok Carolina sedang bergosip dengan Dora—wanita di bagian resepsionis. Mereka tertawa pelan, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Saat aku melintas di depan mereka, Carolina membuang muka ke sembarang arah. Ingin sekali aku memutar bola mata ke arahnya, mengingat betapa dia sangat tidak menyukaiku. Melemparkan senyum ramahku pada Dora, aku langsung pergi ke ruanganku.

"Hai, Adel, kau tampak berbeda hari ini. Ehm... terasa lebih segar dan cantik," sapa Horan dengan hangat. Dia duduk di kursinya, sembari menyesap sesuatu dalam gelas. "Bagaimana? Kau menikmati tidurmu semalam?"

Aku membalas senyuman Horan, dan mendapati Kenny sudah duduk berkutat dengan komputernya.

"Ya, Kenny menginap di apartemenku semalam," sahutku, sambil terkekeh.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang