8. Nobody Compares You

1.3K 238 46
                                    

⚠: 18++

"Seharusnya, kita bermalam di Cervera, Marc. Tubuhku bisa remuk, kalau terus berpergian jauh seperti ini."

Adel menghempaskan tubuhnya dan berbaring di atas sofa. Sedangkan, aku duduk di tepi sofa—tepat di sampingnya.

"Marc, apa yang sedang kau lakukan?"

Pertanyaan Adel barusan membuatku sadar, aku tidak menyahuti ucapannya tadi.

Jadi, dia bangkit untuk mendekapku dari belakang. "Siapa yang menarik perhatianmu seperti itu?" tanyanya lagi. Lalu, mengalungkan kedua tangan di depan dadaku, mencondongkan kepalanya di antara bahuku untuk mencari tahu apa yang sedang kulakukan dengan ponselku.

"Aku hanya menyuruh Jose datang. Kebetulan, dia masih ada di Barcelona sejak pagi tadi. Aku harus bicara dengannya tentang dokter untukku. Aku tidak ingin terus terjebak dalam kecanduan ini," beritahuku padanya. Aku menyingkirkan ponsel dari genggamanku ke atas sofa, sembari melihatnya.

Wajah Adel langsung berseri dengan senyum merekah. Melihatnya tersenyum adalah kebahagiaanku. Aku sungguh-sungguh dengan niatanku kali ini, meski terkadang iblis masih saja menghasut libidoku.

"Kau juga sudah mengatakan pada Jose untuk mengakhiri kontrakmu dengan Audrey?"

"Audrey sedang berada di Berlin. Dia bilang padaku akan kembali ke Barcelona lusa. Jangan khawatir, aku sudah siap untuk berubah demi dirimu."

Spontan, dia menjauhkan dirinya dariku dan membuatku berbalik melihatnya.

"Kau menghubunginya langsung? What the fuck?!" serunya dengan memberengut, lantas mengeraskan rahangnya.

Sial. Aku salah bicara.

Di dalam kontrak perjanjian yang diizinkan oleh Adel untuk aku dan Audrey, kami tidak boleh berhubungan secara pribadi lewat telepon atau pesan, karena semuanya berada di bawah tangan Jose. Si brewok itulah yang mengurus, jika aku membutuhkan Audrey.

"Jangan marah dulu, akan kujelaskan. Kemarin aku memang khilaf menghubunginya langsung, karena kau tahu sendiri, aku sangat kacau setelah balapan Silverstone."

Aku menarik ujung rambutku. Ini sangat melelahkan, kami terlalu banyak berdebat hanya karena Audrey.

Adel tergelak ironi. "Kau do not finish bukan hanya sekali, Marc! Tapi, kenapa seolah Silverstone menjadi balapan paling buruk untukmu? Kau melupakan kontraknya? Kenapa tidak sekalian kau pacari dia, lalu kita selesai?!"

Dia menghujamku sakarstik dan mengangkat tangannya ke udara, mendorong bahuku agar dia bisa bangkit dari sofa, membuatku nyaris jatuh ke lantai. Kemudian, dia membawa langkahnya menuju kamar dan meninggalkanku. Dia marah lagi.

"Adel, jangan memulai...."

Sungguh, perasaan ingin memukul diriku sendiri langsung muncul, kalau sudah seperti ini. Aku pun bangkit mengejar langkahnya.

"Sayang, aku hanya berkata jujur. Maksudku, aku tidak ingin menyembunyikan apa pun darimu. Ya, aku tahu salah, tapi—"

Mulutku langsung bungkam, kala Adel menggebrak pintu kamar di depan wajahku dan menguncinya. Dia sungguh sensitif seperti pantat bayi akhir-akhir ini. Aku menghela napas.

Mengapa ini semua terlalu merumitkanku? Mengapa pula aku selalu memancing kemarahan kekasihku?

"Baik, aku minta maaf, Adel. Ayolah, kita baru saja akan memulai semuanya dari awal," Aku menyandarkan kepalaku pada pintu, berharap dia mau memaafkanku—lagi. "Sayang, buka pintunya," rengekku dengan frustasi, tanganku terus menggedor pintu, supaya dia mau membukanya. "Sayang, kumohon....," pintaku dengan nada mengiba. Tetapi, tidak ada jawaban darinya. Jadi, aku kembali berujar, "Sayang, Sayang, Sayang, Sayang... kumohon, maafkan aku. Akan kuberikan kemenanganku untukmu di San Marino dua pekan mendatang, jika kau memaafkanku."

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang