73. Never be the Same

778 125 110
                                    

Soundtrack for this part:
Because You Loved Me - Celine Dion
Rock Bottom - Hailee Stainfeld

"Tetaplah bersama Marc, Kakak ipar. Aku tahu, kau kecewa dia menghajar mantan bosmu. Tapi, berpikir untuk pergi meninggalkannya di saat seperti ini, bukanlah hal yang benar," rengek Alex.

Aku menguping pembicaraannya dengan Adel di dalam kamar, dari balik pintu yang tertutup rapat. Meski begitu, aku bisa membayangkan wajah mengiba adikku saat ini.

"Kau yang lebih mengerti dia, lebih dari dia mengerti dirinya sendiri. Aku tahu, kalian pasti kuat menghadapi masalah yang silih berganti menerpa kedamaian kalian. Kau mencintainya, terlepas dari semua sisi gelapnya, aku tahu itu."

"Tapi, Alex...," kata Adel, memberi jeda panjang pada ucapannya. Sedikit kudengar dia menghela napas berat. "aku butuh merdeka dari rasa sakit ini. Aku gagal, aku tidak bisa membuat Marc berubah menjadi pria yang lebih baik. Dia telah menghajar seseorang, Alex, itu perbuatan ilegal."

"Bersabarlah, Kakak ipar. Bukankah kita perlu mengeja, sebelum membaca? Bukankah kita perlu merangkak, sebelum berjalan? Bukankah kita perlu berjalan, sebelum berlari? Namun, berlari dari semua situasi ini bukanlah hal yang benar, ketika kau tahu Marc sangat membutuhkanmu. Aku memaksamu untuk tetap di sampingnya. Kau adalah udara yang akan membuat dia mati, jika kau pergi."

Aku terharu Alex begitu membelaku di depan Adel. Batinku mencelus perih mendengar percakapan mereka.

"Sekarang kau makan, ya? Kasihan calon keponakanku, jika kau tidak mau makan dari tadi siang."

Aku tidak sanggup meneruskan untuk menguping pembicaraan mereka, kuputuskan untuk turun ke lantai bawah. Meski tak dipungkiri, aku terus berdoa agar Adel tidak benar-benar pergi dariku. Alex benar, aku membutuhkan Adel untuk mengusir derita dan kengiluan ini.

Aku duduk di sofa, dan menonton televisi untuk mengalihkan seluruh perhatianku dari berita burukku, yang beredar cepat di luar sana. Jose masih berada di dapur, karena tadi aku memintanya membuatkan kopi untuk menghangatkan diri kami, sebab di luar salju masih senantiasa turun.

"Dia masih tidak mau makan. Ingin istirahat katanya." Tiba-tiba kudengar suara Alex, terlihat dia membawa nampan makanan untuk Adel, sambil menuruni tangga, lalu duduk di sebelahku.

"Mengapa tidak kau letakkan saja di atas nakas? Mengapa harus kau bawa turun lagi? Ya Tuhan, Alex...." Aku mencebik jengkel.

Alex malah menyengir lebar, dan meletakkan nampan itu ke atas meja. "Benar juga, ya. Seharusnya aku tinggalkan saja di atas nakas, siapa tahu dia mau makan nanti. Lagi pula, Marc, kau suaminya, bukan aku. Kau yang harus mengurus dia. Setidaknya, putar otakmu untuk membuat dia mau bicara banyak denganmu lagi."

Aku menghela napas jengah. Hari sudah sore, dan Adel masih tak kunjung ingin bicara denganku. Dia hanya ingin bicara dengan Alex, dan aku mengerti itu. Namun, melihat dia tidak mau makan sejak tadi siang, bukanlah hal yang harus dimengerti. Dokter bilang, dia kelelahan, butuh istirahat banyak, dan disarankan untuk tidak terlalu membebani pikirannya dengan sesuatu yang bisa memengaruhi janinnya. Kendati aku tahu, surat kontrak perjanjian sialan itu pasti sudah lebih dulu bersarang di kepalanya, jauh sebelum dia mengetahui janin di perutnya.

Aku kembali membawa nampan itu dengan perasaan dongkol menuju kamar. Sedikit bersyukur, Alex dan Jose masih ada di sini, mereka selalu ada untuk menguatkanku. Meski sedari tadi, cibiran dan penghakiman tak luput keluar dari mulut Alex untukku.

Membuka pintu kamar, kudapati Adel sedang memainkan ponsel dengan posisi menyamping ke arah kanan. Peduli setan, jika kali ini dia akan mengusirku lagi, yang penting dia harus makan.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang