62. Hiding Over Something

1.4K 168 206
                                    

Soundtrack for this part:
Earned It - The Weeknd
Drag Me Down - One Direction

Tatapanku terkunci pada Adel, menghalau kerisauanku akan reaksi dirinya melihat Starla lagi. Mata birunya menatap penuh tuntutan akan jawabanku.

"Aku—aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang terjadi di luar. Sebaiknya, kau ganti pakaianmu, kita keluar jalan-jalan."

Aku jalan memunggungi Adel, lalu tanganku sibuk menelusuri lemari untuk mengambil pakaian. Sementara, telingaku mulai pekak mendengar bel yang dibunyikan tidak sabaran.

"Apa maksudmu?" Adel menyahut diliputi kebingungan.

"Sayang, kita akan keluar jalan-jalan, seperti pemintaanmu tadi ingin membeli beberapa keperluan. Lagi pula, aku tidak tahu maksud kedatangan Starla dan Ibunya. Tapi, kita harus pergi menghindari mereka."

Bergegas mengenakan pakaian, aku tak peduli akan kenyataan diriku belum mandi sehabis nge-gym, yang penting aku tetaplah tampan. Berbalik menghadap Adel, kudapati dia tengah berkacak pinggang dan menatapku garang.

"Mengapa kita harus menghindari mereka? Apa yang kau sembunyikan dariku hingga harus menghindari mereka?!"

"Adel, turuti saja apa kataku. Ini demi kebaikanmu!" Pertahananku untuk tak membentak pun runtuh, lantaran dia begitu banyak tanya. "Cepat ganti pakaianmu dan kenakan mantelmu. Tidak ada yang kusembunyikan darimu, karena memang aku tidak tahu maksud mereka datang. Aku bersamamu selama duapuluh empat jam sejak kemarin. Jadi, kau tahu aku tidak menyembunyikan apa pun perihal Starla."

Aku beralih mengambil kunci mobil di atas nakas, setelah berujar panjang lebar pada Adel, lantas berbalik melihat ke arahnya lagi. Helaan napas jengah terlontar kasar dari mulutku.

"Apa pun maksud mereka datang, kau tidak perlu bertemu lama dengannya. Tolong, hargai usahaku untuk menjaga perasaanmu. Jangan sampai hal ini jadi alasan kau kembali mendiamkanku akan rasa cemburumu padanya. Jika kau ingin tahu—"

"Oke, tutup mulutmu!"

Adel memotong ucapanku dengan kurang ajar, membuatku harus menahan gejolak amarah dalam diri dan tetap sabar. Kini, dia mulai sibuk mengganti pakaian dengan muka cemberut dan bibir yang terkatup. Setelah itu, dia mengemas ponsel ke dalam tas, berjalan menuju meja di bawah televisi dan mengeluarkan helmnya dari kantong tas.

"Tidak, kita tidak akan memakai motor. Cuaca di luar kurasa lebih dingin, akan lebih baik jika kita pakai mobil," kataku, seraya memasukkan ponsel dan dompet ke dalam saku celana jeans yang kukenakan.

Adel menggeram di kerongkongan dan terlihat kian kesal. "Tapi, aku mau pakai motor. Oh, berengsek, Marc!"

Tak sanggup mendengar ocehannya, aku pun memilih berlalu begitu saja dari kamar. Kupasang kupluk di kepala dan menggenggam kacamataku. Perasaan berkecamuk mulai melandaku saat tiba di depan pintu utama rumah.

Bayangan masa-masa indahku bersama Starla dulu, kembali memberondongi otakku dengan ganas. Aku memang sudah tidak memiliki perasaan apa-apa padanya, masalah kami pun sudah tuntas sejak sembilan tahun lalu. Hanya saja, kemunculannya kadang memacu otakku untuk bernostalgia. Aku takut hal ini akan kembali buat Adel marah dan cemburu, lantas menyeret kami ke dalam pertengkaran lagi.

"Bu?"

Setelah pintu terbuka lebar, aku melontarkan pertanyaan pada Ibuku, yang lebih terdengar seperti pertanyaan. Sungguh, aku bingung menyambut kedatangannya dan Alex secara tiba-tiba begini.

"Maaf agak lama. Aku dan Adel sedang mengganti pakaian, sebab kami akan pergi. Apa yang membuat Ibu datang ke Andorra tanpa menelepon dulu?"

Sekilas lirikan mataku melesat pada Starla dan Ibunya yang hanya bungkam dan tersenyum memerhatikanku.

Bad Reputation [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang