MISSION 3 - The First Fear

836 107 4
                                    

Sejak pagi, Jisoo sibuk bekerja di depan laptop-nya. Di tengah kesibukannya menyusun isu-isu untuk majalah edisi bulan depan, dia membuka tab chatting dan juga forum gosip. Dia masih tidak paham dengan kasus yang terjadi beberapa hari lalu. Dia merasa tidak melakukan apapun untuk mengungkap kasus itu. Bahkan dia tidak sempat bertemu Bambam, sang penyanyi Thailand yang melakukan aksi penipuan klaim asuransi. Tapi kepolisian pusat telah menyelesaikan semuanya sesuai dengan prosedur serta alat bukti yang ada.

"Jadi, semua yang dipakai Bambam ini menggunakan uang hasil klaim palsu dari asuransinya Taeyeon. Benar-benar licik." gumam Jisoo sambil mengerucutkan bibirnya saat membaca forum gosip.

Akibat kasus kemarin, jagat hiburan pun gempar dengan berbagai pemberitaan. Sehingga ada kasus penting yang luput dari pandangan. Tapi Seongwoo, sebagai seorang polisi, dia tidak melewatkan pekerjaannya di tengah banyak gosip tidak penting ini. Dalam beberapa hari ini, orang-orang yang datang ke rumah tak berpenghuni di sebuah pulau terpencil dekat pantai, dikabarkan hilang. Pulau terpencil itu memang jarang dikunjungi oleh wisatawan sebelumnya karena tidak ada yang tahu akan keberadaannya. Tapi dengan adanya cerita itu, orang-orang mulai penasaran dan satu per satu mengunjunginya. Tidak sampai masuk ke rumah tak berpenghuni, mereka terlalu takut.

Satu sisi, dengan adanya cerita tentang orang-orang hilang ini, pulau kecil itu menjadi terkenal. Walau di sisi lain, cerita itu membuat beberapa orang justru tidak mau datang. Seongwoo dengan instingnya sebagai seorang polisi, menelusuri berbagai kemungkinan dan motif dari hilangnya orang-orang yang datang ke sana. Kenyataannya memang tidak ada yang bisa menceritakan ada apa di dalam rumah itu, karena setiap yang datang ke sana, tidak pernah kembali lagi. Untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana keadaan orang-orang yang hilang itu, sepertinya akan sulit.

"Pak Seongwoo, apa anda akan pergi ke sana?" tanya Irene dari balik mejanya.

"Katanya, tidak ada yang pernah kembali. Apa itu artinya aku juga tidak akan kembali jika ke sana?" tanya Seongwoo.

"Tidak ada yang berani ke sana. Ini benar-benar gila." Kata Irene sambil memegang kedua pipinya.

"Tapi kita harus ke sana untuk mengetahui kebenarannya, bukan?" tanya Seongwoo yang juga mulai tertekan jika dia ke sana dan benar-benar tidak akan kembali.

"Kalian tenang saja. Bagaimana kalau kita luncurkan camera-drone ke sana?" Daniel tiba-tiba muncul ke ruangan mereka. Seongwoo dan Irene langsung berdiri, memberi hormat.

"Benar! Pak Daniel memang cerdas!" sahut Seongwoo sambil mengacungkan kedua jempolnya. Irene menyambut jempol Seongwoo dengan tepuk tangan pelan sambil mengangguk.

Terdengar masuk akal dan lebih mudah. Daripada mengorbankan orang untuk pergi dan belum tentu bisa kembali lagi. Setidaknya benda mati yang dihidupkan itu, walau tidak kembali secara fisik, tapi hasil rekamannya dapat dilihat secara langsung. Bahkan dapat disimpan dan disalin di folder mereka. Inilah gunanya teknologi pintar dengan penggunanya yang pintar, seperti Daniel. Alat pintar itu digunakan sesuai dengan fungsinya.

Kabar tentang kasus ini ternyata terdengar di kampus tempat Jinyoung mengajar. Dia tidak pernah ketinggalan berita tentang apapun. Dengan pendengarannya yang tajam itu, dia mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan para mahasiswanya di dalam kelas di tengah ia mengajar. Memang dia agak tidak senang dengan hal ini, karena itu artinya keberadaannya di kelas sangat membosankan bagi beberapa mahasiswa. Khususnya yang dari tadi mengobrol, ketua kelas yang meminta nomornya, Jihoon.

"Apa kamu mau ke sana juga Woojin?" bisik Jihoon yang duduk di sebelah Woojin, sahabatnya.

"Tapi kalau kita tidak kembali lagi, bagaimana?" bisik Woojin sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang