MISSION 3 - The Bitter Escape

654 99 0
                                    

                Gelap, tidak bisa berbicara, dan tidak bisa bergerak. Seongwoo berusaha untuk menggerakkan badannya. Sepertinya dia juga berada dalam keadaan yang sama dengan Jinyoung. Dalam kondisi mata tertutup, mulut disumpal kain, serta tangan yang terikat. Tapi Seongwoo memiliki badan yang sangat lentur. Dia berusaha menggerakkan tangannya seperti karet yang ditarik ke kanan dan ke kiri. Dengan kekuatan dan kelenturannya, perlahan tali yang mengikat tangannya dapat terlepas. Tapi dia masih berpura-pura menaruh tangannya di balik punggungnya, berusaha mendengar sekelilingnya. Sebagai seorang polisi, dia sudah terlatih untuk berhati-hati.

Entah di tempat yang sama atau berbeda, Jinyoung juga sedang melakukan hal yang sama. Tapi badannya tidak lentur seperti Seongwoo. Dia berusaha menggunakan otaknya untu membuka penutup mata terlebih dahulu. Dia mengarahkan kepalanya ke bagian samping, mencari-cari dinding. Saat pipinya merasakan benda keras dan dingin seperti tembok, dia segera menempelkan wajah bagian sampingnya itu ke tembok. Lalu dia menggerakkan kepalanya dari atas ke bawah, berusaha membuat penutup matanya terlepas. Kemudian penutup matanya berhasil terlepas. Dia bisa melihat semuanya tapi dia tidak bisa bergerak karena kakinya juga terikat.

Jinyoung dapat melihat dengan jelas. Dia berada di sebuah ruangan kecil, dengan lemari yang penuh sarang laba-laba di dekat pintu. Ada sebuah jendela juga yang sudah sangat usang dan rapuh, tempat masuknya cahaya matahari dari luar. Dia juga bisa melihat ada lima orang lainnya yang berada dalam kondisi yang sama dengan dirinya. Mereka tidak bisa melihat, berbicara, ataupun bergerak. Selain itu, mereka tampak sangat lemas. Ini pertama kalinya Jinyoung berada di posisi yang sangat berbahaya dan melihat orang lain menderita. Dia berusaha untuk bergerak ke arah pintu dengan menggeserkan kakinya. Tidak bisa, tanpa mulut atau tangannya, dia tidak bisa menggerakkan apapun.

"Mereka tidak ada? Sinyalnya hilang? Bagaimana ini pak Kai?" Irene tampak panik melihat ke monitor.

"Tadi kita lihat petasan itu di sini kan? Mereka pasti tidak jauh dari sini." Kai mencoba menenangkan.

"Apa sebaiknya kita turun juga? Bagaimana kalau mereka hilang?" Irene semakin panik sambil melihat ke bawah.

"Tidak, jangan. Ini sangat berbahaya. Kita harus percaya pada mereka." Kai juga sebenarnya panik, tapi dia yakin seorang Daniel dan bawahannya Seongwoo, tidak mungkin hilang begitu saja. Mereka pasti akan kembali.

Kai dan Irene tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menunggu dari atas. Mereka memutuskan untuk menunggu dalam waktu tertentu. Jika Daniel dan Seongwoo belum juga kembali sampai sore hari, mereka akan mulai turun ke tempat yang telah diberi tanda oleh mereka tadi. Helikopter mereka pun kembali ke pinggir pantai. Ini misi yang tidak semudah kelihatannya. Dalam keadaan seperti ini, Irene harus bisa menahan air matanya karena telah kehilangan dua rekan terbaiknya. Tapi Kai sangat yakin, mereka pasti masih hidup dan sedang berusaha menyelematkan orang-orang yang hilang.

Sementara itu, Chanyeol dan Jisoo akhirnya berjalan bersama menelusuri hutan. Jisoo beralibi bahwa dia sedang mencari tahu tempat wisata tersembunyi di dalam hutan. Lalu Chanyeol beralibi akan menemani Jisoo sebagai juru kamera untuk liputan. Mereka berdua melakukan misi bersama secara diam-diam tanpa saling tahu satu sama lain. Langkah mereka terhenti saat melihat buah-buahan yang berserakan. Tidak mau terjebak dengan jebakan yang sama seperti sebelumnya, mereka mengabaikan buah-buahan itu dan memilih untuk bersembunyi sambil duduk sebentar di balik pohon yang besar.

"Kakiku rasanya sakit sekali. Kita istirahat saja dulu. Perutku juga lapar." Chanyeol meluruskan lututnya yang dibalut plester.

"Aku membawa makanan. Kamu boleh memakannya." Jisoo mengeluarkan kotak makanan yang berisi roti sandwich daging. Tanpa berpikir dan basa-basi, Chanyeol langsung mengambilnya.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang