Krisis kepercayaan terjadi dimanapun. Bahkan di dalam keluarga Kim seperti kasus waktu itu. Jika tidak saling percaya, maka keluarga yang seharusnya menjadi satu-satunya tempat untuk kembali, justru menjadi tempat yang paling dihindari. Keluarga Seongwoo merasakan hal yang sama. Ayahnya yang terus menghilang tanpa jejak. Entah apa alasan di balik kepergian ayahnya itu. Bisnis keluarga Seongwoo pun semakin memburuk. Tapi keadaan keluarganya jauh lebih aman dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa takut akibat dari teror yang tak henti menghantui keluarga yang penuh kedamaian itu.
Mungkin tuan Ong memiliki alasan baik atas kepergiannya. Dia mungkin menginginkan kehidupan keluarganya yang aman seperti sekarang walau tidak bergelimang harta seperti sebelumnya. Tapi Seongwoo harus berhadapan dengan para rekan bisnisnya terdahulu dengan wajah muram. Belum lagi dengan teman-temannya yang selalu membanggakan kemampuan tuan Ong dalam bidang bisnis. Seongwoo merasa gagal karena tidak bisa menjaga keluarganya seperti apa yang telah dilakukan oleh ayahnya. Tapi satu hal yang paling membuatnya kecewa adalah saat keluarganya tidak peduli lagi pada ayahnya itu.
"Kenapa anda melamun saja, Pak Seongwoo?" Tanya Kai yang sedang membereskan berkas di atas mejanya.
"Banyak hal yang sedang aku pikirkan. Bagaimana hari ini? Apa ada kasus yang berat?" Tanya Seongwoo yang mulai beranjak dari kursinya untuk mengambil secarik koran di dekat kursi ruang tunggu.
"Sejauh ini masih kasus pencurian. Aku sedang memeriksa beberapa rekaman CCTV dan menyelesaikan beberapa berkas untuk dilaporkan." Jawab Kai.
"Lalu bagaimana keadaan tubuh anda, Pak?" Tanya Kai lagi.
"Biasa saja. Aku sudah bisa berlari dan tidur dengan nyaman." Jawab Seongwoo santai sambil membaca korannya.
Headline untuk berita minggu ini adalah tentang CEO muda, Suho, yang menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan besar. Nama Suho sendiri sebenarnya tidak asing bagi Seongwoo. Ya, lebih tepatnya ayah Suho merupakan rekan bisnis dari ayah Seongwoo. Melihat keberhasilan Suho, hati Seongwoo merasa terusik. Jalan yang dia pilih saat ini memang jalan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Seongwoo. Tapi jalan ini juga merupakan jalan yang bertolak belakang dengan keinginan ayahnya. Bahkan tidak mendukung bisnisnya sama sekali, sangat jauh dari apa yang diharapkan oleh keluarga besar Ong.
"Pak Seongwoo! Apa kamu sudah tahu tentang pengedar narkoba yang waktu itu?" Tanya Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Apa? Siapa pelakunya? Apa itu Oh Sehun?" Seongwoo menggulung korannya.
"Bukan, bukan dia. Tapi orang itu sudah diringkus." Daniel tersenyum menunjukkan gigi kelincinya.
"Benarkah? Waw, kamu memang hebat Pak Kepala!" Seongwoo menepuk-nepuk bahu Daniel yang lebar.
"Akhir-akhir ini banyak kasus yang terselesaikan dengan baik. Semua berkat kerja keras dari tim." Daniel meregangkan badannya yang nampak pegal.
"Benar, semuanya berkat kerja keras tim." Seongwoo mengangguk setuju.
Jika dilihat beberapa tahun ke belakang, sepertinya Daniel adalah satu-satunya rekan kerja yang bisa dipercaya sepenuhnya oleh Seongwoo. Begitupun sebaliknya, Seongwoo adalah satu-satunya orang kepercayaan Daniel. Sejauh ini tidak pernah ada masalah di antara mereka selain perbedaan pendapat ketika mengerjakan tugas di lapangan. Seongwoo yang tidak bisa mempercayai siapapun, setidaknya memilki satu orang yang bisa dia percaya selain ayahnya. Tidak, masih ada satu orang lagi yang mungkin akan Seongwoo percaya juga.
"Kenapa aku harus menemanimu belanja, si nomor satu?" Jisoo tampak lesu sekali mendorong troli di sepanjang rak tempat peralatan masak.
"Karena ini sangat penting." Jinyoung mengambil alih troli yang dipegang Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Manipulator
FanfictionEmpat agen rahasia dengan alasan berbeda harus bekerja sama dalam menjalankan setiap misi. Tapi mereka harus merahasiakan identitas masing-masing. Bagaimana cara mereka bekerja sama untuk menyelsaikan setiap misi? GOT7 Jinyoung, EXO Chanyeol, Wanna...