MISSION 3 - The End of Nightmare

660 99 4
                                    

"Apa kamu baik-baik saja, Jisoo?" Suara lembut itu membangunkan Jisoo. Kedua mata Jisoo perlahan terbuka. Dia dapat melihat wajah Jinyoung yang sedang menatapnya walau samar-samar

Tubuh Jisoo saat ini berada di pangkuan Jinyoung. Mereka terduduk di balik pohon besar. Jauh dari pohon itu, tampak Seongwoo yang penuh luka memar sedang menarik nafasnya. Dia menjatuhkan pistolnya, diikuti dengan lututnya yang mendarat ke tanah. Ada darah yang menetes di ujung bibirnya. Penjahat itu tampak kesakitan menahan kakinya yang mulai mengeluarkan darah. Lalu Jinyoung meletuskan petasan ke langit. Beberapa menit kemudian, dua buah helikopter polisi muncul di atas mereka. Beberapa tim polisi dan tim medis turun dari helikopter itu dengan menggunakan tangga yang terbuat dari tali.

"Kami sudah datang, pak. Anda pasti akan baik-baik saja." tim medis menghampiri Seongwoo. Tim polisi lainnya segera memasangkan borgol ke tangan penjahat itu, serta tim medis segera mengeluarkan timah panas dari kakinya.

"Di mana Kai dan Irene? Apa mereka masih di atas?" tanya Seongwoo sambil menahan rasa sakit di kepalanya.

"Itu... mereka tadi turun ke tempat anda memberi tanda." Kata salah satu tim polisi. Seongwoo langsung kaget mendengarnya. Dia langsung berusaha berdiri lagi saat tim medis sedang membalutkan perban di kepalanya.

"Tunggu dulu, pak. Luka anda belum tertutup." Tim medis berusaha menahan bahu Seongwoo.

"Tapi di sana berbahaya. Daniel juga masih di sana. Dia disekap dengan orang-orang lainnya." Seongwoo menahan dirinya sambil menunggu perban selesai dipasangkan.

"Pak, orang itu bernama Kyungsoo. Dia tidak memberikan banyak keterangan karena kakinya masih terluka." Salah satu polisi memberikan kartu identitas yang dibungkus plastik pada Seongwoo.

"Sial. Kita harus cepat pergi ke dalam hutan." Seongwoo akhirnya berdiri dengan kepala yang dibalut perban.

Tim medis juga datang menghampiri Jinyoung dan Jisoo. Tidak ada luka serius di tubuh mereka. Hanya saja Jisoo masih sangat terkejut sampai dia belum bisa dimintai keterangan polisi. Jinyoung berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus tangannya yang terluka. Dia meminta Jisoo untuk menarik nafas dalam-dalam dan mulai tenang. Lalu Jisoo mulai bercerita pada Jinyoung tentang kejadian tadi. Dia juga mengatakan kalau ada dua orang polisi lainnya yang diseret di dalam rumah itu. Jinyoung terkejut dengan apa yang dikatakan Jisoo. Puzzle dalam kasus ini mulai terangkai jelas.

"Pak, kita harus cepat." Jinyoung menghampiri Seongwoo sambil menggendong Jisoo di punggungnya. Jinyoung menjelaskan situasi yang terjadi pada Seongwoo.

"Ayo, cepat kita lakukan operasi penangkapan dan penyelamatan." Seongwoo menyeru kepada tim polisi dan tim medis untuk mengikutinya. Seongwoo yakin dua orang yang dimaksud Jinyoung tadi adalah Kai dan Irene. Dia harus segera menyelematkan rekan-rekannya yang berharga itu serta orang-orang lainnya.

Di rumah besar itu, Mark mengetuk-ngetuk balok kayunya. Sudah beberapa jam, rekannya Kyungsoo tidak kembali. Sementara langit mulai gelap. Jika tidak kembali seperti ini, kemungkinan besar Kyungsoo tertangkap oleh polisi. Begitu pikirnya. Dia tidak bisa melakukan penyerangan sendirian. Tapi dia masih punya orang-orang yang disekap itu untuk dijadikan ancaman bagi polisi ang akan menyerangnya. Apalagi di sana ada tiga polisi, dan dia dapat melihat kalau salah satu polisi itu memiliki pangkat yang tinggi. Mark langsung bersiap mengangkat balok kayunya di depan polisi berpangkat tinggi itu, Daniel.

"If you want to shoot me, I will hit his head." Mark berteriak ke arah luar jendela. Dia melihat ada sinar laser yang membidik ke arah tangannya dari luar rumah itu.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang