MISSION 3 - The Brave One

647 95 4
                                    

Matahari mulai bergerak ke arah bawah. Dengan nafas yang terengah-engah, akhirnya Jinyoung dan Seongwoo berhenti di tengah-tengah hutan. Seongwoo masih merasakan sakit di kepalanya sampai dia tidak bisa berdiri lagi lalu berjongkok. Sementara Jinyoung memegangi kedua lututnya yang mulai keram sambil menarik nafas. Kedua agen ini sedang bersama dalam misi ini. Tapi mereka tidak saling kenal satu sama lain. Lalu kenapa mereka berlari menjauhi rumah itu? Apa yang sebenarnya mereka rencakan untuk menyelesaikan kasus ini?

"Apa kamu tahu tentang rumah itu?" Seongwoo mulai menginterogasi Jinyoung untuk mengumpulkan informasi.

"Aku hanya sedang berjalan ke dalam hutan, lalu ada yang memukulku dari belakang." Jinyoung berusaha untuk tidak memberikan keterangan yang memberatkan dirinya.

"Tidak tahu? Apa kamu lihat ada orang-orang selain di ruangan itu?" Seongwoo berusaha menggali informasi dari Jinyoung. Padahal mereka sama-sama agen rahasia, rasanya sulit untuk menemukan informasi dari orang yang juga sedang mencari informasi yang sama.

"Bisa jadi masih ada orang lain di ruangan lain. Ruangan tadi sangat kecil, tapi rumahnya cukup besar, kan?" Bukan informasi, Jinyoung justru mengarahkan Seongwoo mengungkapkan pemikirannya. Seongwoo menaikkan alisnya.

"Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan di ruangan lain. Sesuatu itu mungkin alasan mereka menyekap orang-orang yang mendekati rumah itu." lanjut Jinyoung.

"Sepertinya kamu cukup pintar. Apa pekerjaanmu?" Seongwoo menatap kedua bola mata Jinyoung dengan rasa penasaran.

"Eh? Aku hanya seorang dosen." Jinyoung menggaruk-garuk rambutnya, merasa senang dan malu dengan pujian Seongwoo yang baru ditemuinya beberapa jam lalu itu.

"Wah, begitu rupanya. Aku pikir kamu akan cocok menjadi polisi sepertiku." Kata Seongwoo sambil tersenyum menyeringai. Jinyoung tidak tahu harus membalas senyumannya atau tidak, karena Seongwoo itu bukan seorang gadis yang manis.

Bukan waktunya untuk Seongwoo dan Jinyoung saling memuji di tengah hutan seperti ini. Seongwoo mulai menyusun rencana untuk membebaskan Daniel dan orang-orang yang disekap lainnya dari rumah itu. Saat bertugas, tentu saja Seongwoo membawa senjata api yang bisa dia gunakan untuk menembaki pelaku jika melawan. Selain itu, dia juga memiliki keahlian fisik untuk berkelahi dengan tangan kosong. Tapi dia tidak dapat memastikan ada berapa orang-orang yang berjaga di rumah itu. Jika mengingat apa yang Jinyoung lihat, ada dua orang yang membawa balok kayu besar di bahunya.

Hanya otaknya yang pintar, tapi Jinyoung tidak bisa berkelahi. Ternyata ada hal yang dia tidak bisa lakukan, tapi dia tidak menganggap hal itu penting. Dia bukan tipe orang yang senang menyelesaikan masalah dengan ototnya. Bahkan dia tidak pernah merasakan pukulan ataupun tendangan dari siapapun kecuali Jisoo. Tapi tendangan Jinyoung itu cukup kuat, walau sejauh ini dia hanya menendang bola saat pelajaran olahraga di sekolah dan jendela rapuh di rumah tadi. Dia menatap Seongwoo, mendengar dengan baik-baik apa yang direncanakannya.

Sementara itu, Chanyeol dan Jisoo akhirnya menemukan rumah besar itu. Mereka cukup beruntung. Saat sampai di sana, dua orang yang sedang memegang balok kayu tadi baru saja keluar dan pergi ke hutan di belakangnya. Chanyeol sudah tidak sabar ingin segera masuk ke dalam rumah itu untuk menemukan harta karun yang diincarnya. Lalu Jisoo juga tidak sabar untuk menemukan kebenaran di dalam rumah yang tampak rapuh itu. Tapi bagaimana mereka bisa masuk ke sana saat bersama seperti ini?

"Rumah itu kelihatannya unik. Apa kamu mau coba untuk melihat ke dalam untuk meliputnya?" tanya Chanyeol sambil menunjuk ke arah rumah besar itu.

"Ah, iya rumah itu unik. Tapi kelihatannya seram." Jisoo mengerenyitkan dahinya.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang