SPECIAL MISSION - The Relationship

1.4K 119 54
                                    

Lembut dan terasa seperti es krim, setiap ingatan itu muncul di pikirannya. Es krim yang terasa dingin tapi menghangatkan perasaan. Walau berusaha untuk disembunyikan, tapi seutas singgungan bibir yang melengkung di wajahnya itu tidak dapat ditahan. Hangatnya perasaan itu semakin bergejolak, sampai membuat otaknya tidak berfungsi lagi. Hanya ingatan itu yang mengisi pikirannya sampai detik ini, tidak bisa memikirkan hal lain lagi.

"Jadi ini yang namanya kebahagiaan? Benar-benar membuatku gila."

Badannya berguling-guling di atas sofa sambil memeluk bantal. Kerutan di sudut matanya tampak jelas seiring senyuman yang semakin mengembang. Jika dia melihat wajahnya di cermin, terlihat jelas rona merah di pipinya dan juga kedua telinganya seperti orang yang kepanasan. Ya tentu saja, panas sekali sampai dia akhirnya melepas bantalnya dan berjalan menuju dapur. Untuk apalagi selain mencari sesuatu yang dapat mendinginkan kepalanya itu.

"Ah, benar-benar tempat terbaik." Kepalanya masuk ke dalam lemari es. Sudah jelas, otaknya tidak berfungsi lagi sampai dia melakukan hal bodoh seperti itu untuk sekedar mendinginkan kepalanya.

Terdengar suara mobil yang sepertinya berhenti di depan rumah itu. Untung saja pendengarannya yang tajam masih berfungsi dengan baik. Dia segera mengangkat lagi kepalanya, lalu menutup pintu lemari es seperti tidak pernah terjadi adegan kepala yang masuk ke dalamnya tadi. Tapi dia melakukan hal yang lebih aneh lagi sekarang. Seharusnya dia menghampiri pintu untuk melihat siapa yang datang. Tapi dia justru berlari ke kamar mandi untuk membasahi rambutnya dan menyisirnya dengan jari ke belakang.

"Kamu memang tampan, Park Jinyoung." Ya, dia sempat memuji dirinya sendiri saat melihat wajahnya di cermin.

"Jinyoung!"

Suara panggilan itu menghapus senyuman di wajah Jinyoung. Dahinya berkerut sampai matanya perlahan menutup. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, berusaha untuk menolak kenyataan. Ya, kenyataan bahwa suara yang memanggil namanya itu jelas suara laki-laki. Suara itu sama sekali tidak membuat hatinya hangat, malah dingin dengan seketika. Kedua tangannya dengan penuh tenaga, mengacak-acak kembali rambutnya yang telah tertata rapi. Wajahnya mulai tampak kesal dengan beberapa kali bibir yang berdecak.

"Jinyoung, cepat buka pintunya!" Suara laki-laki yang khas itu, membuat Jinyoung semakin kesal dengan tambahan ketukan di pintu secara berulang.

"Ah, kenapa malah kamu yang datang?" Jinyoung mengintip dari balik jendela.

"Seongwoo."

Jinyoung membukakan pintu, lalu benar saja Seongwoo berdiri di depan pintu dengan senyuman yang hangat. Dia bahkan merentangkan tangannya, berharap Jinyoung menyambutnya dengan pelukan. Tapi Jinyoung hanya memicingkan bibirnya, sebelum dia berjalan pelan seperti zombie menuju sofa di ruang tengah. Seongwoo hanya bisa menghela nafas lagi, lalu kemudian tertawa kecil saat melihat Jinyoung duduk dengan wajah tidak senang.

"Ah, biar ku tebak. Kamu pasti mengira Jisoo yang datang, kan?" Seongwoo menunjukkan barisan giginya yang putih bersih, sangat menyebalkan bagi Jinyoung saat ini untuk melihatnya.

"Ini kan rumahnya, tentu saja seharusnya dia yang datang." Jinyoung mengambil remote TV, mencoba untuk mencari sesuatu yang dapat mengembalikkan kebahagiaanya yang baru saja hilang.

"Ehem. Ada hal yang ingin ku bicarakan denganmu. Ini serius." Seongwoo lalu duduk di sebelah Jinyoung, ikut menatap layar TV.

"Katakan saja, aku akan mendengarnya." Jinyoung melirik ke wajah Seongwoo yang tampak cemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang