MISSION 10 - The Intercept

439 70 0
                                    

Seongwoo dibawa pergi oleh seseorang yang mengenakan jaket denim dan memiliki tato di kedua lengannya. Firasat Seongwoo mengatakan jika orang ini ada hubungannya dengan misi rahasia yang sedang diselidiknya. Karena orang ini tiba-tiba saja menariknya di antara banyak orang yang naik di kapal itu. Walau sepertinya orang itu salah menarik orang, yang seharusnya bukan Seongwoo. Ini kesempatan yang bagus untuk Seongwoo, jadi dia hanya diam dan mengikuti orang itu pergi membawanya ke sebuah ruangan di dalam kapal.

"Boss, ini nelayan yang dikirim oleh dia." Bisik orang itu melalui ponselnya.

"Baik boss." Lanjut orang itu.

Setelah menutup ponselnya, orang itu lalu mengeluarkan seutas kain dan mengikatkannya pada mata Seongwoo. Seongwoo pun tidak bisa melihat apapun sekarang. Dia merasakan ada tali yang dilingkarkan lalu diikat pada kedua tangannya, sehingga dia tidak bisa bergerak. Tapi orang itu tetap memeganginya, mengarahkan ke mana dia harus pergi. Seongwoo tidak merasa takut, tapi justru tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa boss yang salah tangkap itu.

"Boss, ini dia orangnya." Suara orang tadi terdengar seiring suara pintu yang terbuka.

"Hmm? Jadi, mana barangnya?" Suara lain terdengar lebih pelan, suara yang belum pernah Seongwoo dengar sebelumnya. Mungkin itulah suara boss yang disebut-sebut orang itu.

Kapal berlayar dengan tenang di lautan biru yang sangat luas. Semilir angin menerpa rambut hitam Jisoo hingga wajahnya tertutup. Sesekali Seulgi membetulkan rambutnya itu, tapi angin tidak berhenti untuk meniupnya kembali. Mereka berdua tertawa bersama menikmati cuaca yang bersahabat. Tapi pikiran Jisoo merasa tidak tenang dengan ketenangan ini. Sepertinya dia telah salah memilih kapal, karena tidak ada hal-hal mencurigakan di atas kapal itu. Perasaan yang serba salah ketika Jisoo seharusnya merasa senang dengan ketenangan ini.

"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu? Apa kamu lapar?" Tanya Seulgi dengan menyipitkan mata kucingnya.

"Ya, sepertinya aku lapar." Jisoo berusaha tidak menatap mata Seulgi agar dia tidak curiga.

"Aku akan mencari makanan. Tunggu ya!" Seulgi lalu pergi ke dalam kapal meninggalkan Jisoo yang tengah bersender di ujung kapal itu.

Entah pemikiran Jisoo itu benar atau salah, Jinyoung sepertinya yakin dengan plihannya untuk menaiki kapal itu. Dia bukan orang yang gegabah, selalu merencanakan segalanya dengan banyak perhitungan yang akurat. Dalam otaknya itu tergamar pola-pola peristiwa yang mungkin terjadi di kapal itu. Lalu pimpinan agen rahasia tidak mungkin memberikan misi berdasarkan suatu prediksi. Pasti ada hal yang pimpinan agen rahasia ketahui dengan pasti, sehingga dia meminta para agen rahasia untuk mengintai kapal yang berlayar ke Samudera Pasifik.

"Hai, apa kapal ini memiliki makanan?" Seulgi menepuk bahu Jinyoung dari belakang, memecah lamunannya sepanjang pelayaran.

"Ada di dapur, di bawah. Cari saja." Jinyoung mengubah suaranya menjadi lebih berat.

"Baiklah. Terima kasih." Seulgi lalu pergi. Untuk sesaat, Jinyoung merasa jantungnya berdegup kencang karena takut. Kapal itu terlalu kecil untuk dia bersembunyi, ditambah lagi ada Jisoo di sana.

Ketenangan ini tidak berlangsung lama. Tiba-tiba kapal mulai berguncang, memutar arah dengan cepat. Suara teriakan kapten terdengar. Jinyoung bergegas untuk mencari tahu apa yang terjadi. Bukan tabrakan dengan karang ataupun kehabisan bahan bakar. Kapten kapal tampak tergeletak kesakitan di atas papan kayu, di ruangannya. Jinyoung dengan sigap membantu kapten itu untuk duduk dan mengatur nafasnya. Denyut nadi kapten pun semakin melemah, sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang