MISSION 10 - The Fishing Bait

486 71 4
                                    

Pagi sekali, matahari belum sempat beranjak dari dalam laut, Seongwoo sudah sampai di pelabuhan. Ada banyak sekali kapal berjejer, siap untuk berlayar. Jika intuisinya kali ini benar, dia akan memilih kapal yang benar. Seingat Seongwoo, pimpinan agen rahasia memberitahu jika kapal itu akan berlayar ke Samudera Pasifik. Saat Seongwoo tengah mencari kapal itu, dia melihat rombongan orang berbondong-bondong mengantri di depan sebuah kapal. Terdengar suara riuh orang-orang, sepertinya ada pelayaran gratis untuk kapal itu.

Seongwoo menutupi wajahnya dengan topi kain, mengaitkan alat pancing di tas ranselnya, seperti seorang laki-laki paruh baya yang hendak pergi memancing. Tidak lupa goresan hitam di sekitar hidung dan dagunya, agar wajahnya tampak lebih tua. Seongwoo mengikuti arus rombongan itu, sesuai dengan kata hatinya. Mungkin orang yang sedang diincarnya dalam misi kali ini akan masuk ke dalam keramaian. Karena tidak ada lagi hal yang aneh selain rombongan orang ini. Seongwoo yakin dengan pilihannya walau harus mengantri cukup panjang.

Setelah Seongwoo berhasil masuk ke dalam kapal tanpa tiket, kapal pun bersiap untuk berlayar. Orang-orang tampak gembira karena mereka akan pergi mengelilingi samudera yang luas, menyaksikan pemandangan indah dari lautan yang biru, dan menangkap ikan bebas. Kapal laut ini benar-benar aneh, Seongwoo harus segera melaporkannya pada petugas yang berwenang. Tapi banyaknya jumlah orang yang berada di dalam kapal itu, membuatnya kesulitan untuk mencari kru kapal. Tidak ada orang yang mengenakan atribut khusus yang dapat dia tanyai.

Berbeda dengan Seongwoo, Jisoo yang pergi bersama Seulgi, justru menaiki kapal yang lebih tenang. Kapal laut itu hanya berlayar untuk keperluan wisata. Jisoo berpikir akan aneh jadinya jika dia naik kapal laut tanpa alasan yang masuk akal. Walau sebenarnya dia melihat rombongan orang-orang tadi di kapal yang kini dinaiki oleh Seongwoo, tapi dia tidak bisa mengajak Seulgi begitu saja untuk naik ke kapal itu. Seulgi datang bersamanya karena ingin menenangkan pikirannya. Siapa sangka, pilihan kapal yang dinaiki Jisoo ternyata...

"Itu Jisoo?" Gumam seorang kru kapal yang tiba-tiba menutupi wajahnya dengan kain penutup mulut.

Kru kapal itu tidak lain adalah Jinyoung yang sedang melakukan penyamaran. Entah apa yang dilakukan Jinyoung sebelumnya, dia bisa berada di dalam kapal itu sebagai kru kapal. Mungkin karena kepintarannya dalam memanipulasi pikiran orang lain, Jinyoung dapat dengan mudah melakukan penyamaran. Tapi melihat soso Jisoo, membuat jantungnya berdegup kencang. Jinyoung tidak mengerti, apakah dia merasa senang karena Jisoo akan berlayar bersamanya atau dia sebenarnya sedang merasa takut identitasnya akan terbongkar di atas kapal itu. Lalu dia melihat sosok Seulgi yang berada di belakang Jisoo.

"Mereka sedang berlibur? Kenapa di kapal ini?" Gumam Jinyoung yang tak bisa melepaskan pandangannya pada Jisoo dan Seulgi.

Tidak ada banyak orang seperti di kapal yang dinaiki oleh Seongwoo, Jinyoung dapat menghitung dengan jari-jari yang ada di kedua tangannya. Dia yakin jika kapal yang dinaikinya saat ini adalah kapal yang benar. Karena kemungkinan motif kejahatan orang yang sedang dia cari itu tidak akan jauh dari harta, tahta, ataupun wanita. Kapal itu cukup mahal, penuh dengan wanita, tampak memenuhi motif dasar dari setiap peristiwa kejahatan. Tapi kejahatan apa yang harus dia cegah di atas kapal itu? Apakah sebuah transaksi ilegal atau pembunuhan yang telah direncanakan?

"Rasanya melihat lautan yang biru, matahari yang mulai beranjak, benar-benar menyegarkan." Kata Seulgi sambil merentangkan kedua lengannya.

"Benar! Setiap hari kita hanya menatap layar, kertas-kertas, semuanya membuat kepalaku pusing." Jisoo memijat-mijat dahinya, membayangkan tumpukan pekerjaan di kantornya.

"Aku tidak ingin membahas tentang pekerjaan. Aku hanya ingin bersenang-senang hari ini." Seulgi menarik nafasnya, menghirup udara lautan yang segar.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang