MISSION 7 - The Family Business

500 71 2
                                    

Seongwoo sudah kembali bertugas di kantornya. Di tengah mengurusi berkas, dia kembali melihat foto yang ditemukannya waktu itu. Foto seorang wanita yang sedang memeluk bayi kecil dan seorang anak laki-laki di sampingnya. Mungkin saja itu adalah foto Yuri, sekretaris tuan Kim, waktu dia masih bayi bersama ibu dan saudaranya. Tapi mungkin juga itu adalah foto istri dari tuan Kim bersama anak-anaknya. Seongwoo harus mencari tahu siapa orang-orang yang ada di dalam foto itu.

"Wajah mereka tidak mirip dengan tuan Kim." Gumam Seongwoo sambil memangku dagunya.

"Tuan Kim?" Daniel masuk ke dalam ruangan Seongwoo, lalu duduk di kursi di sebelah meja Seongwoo.

"Apa kamu juga sudah mendengar tentang berita kematian tuan Kim?" tanya Daniel.

"Iya, aku sudah mendengarnya." Seongwoo segera memasukkan foto yang sedang dipegangnya ke dalam saku celananya.

"Ada banyak orang yang mengaku sebagai anak dari tuan Kim. Mereka ingin menguasai bisnis berlian itu. Keterlaluan." Daniel menyilangkan tangan di dadanya.

"Bagaimana jika dia sebenarnya tidak memiliki anak?" Seongwoo memancing pemikiran Daniel untuk menemukan petunjuk.

"Tidak mungkin. Dia pasti memiliki anak untuk meneruskan bisnisnya. Sekali pun dia tidak ingin memilikinya, tapi dia harus." Daniel mengerenyitkan dahinya sambil berpikir.

"Lalu kenapa dia tidak pernah memperlihatkan anak ataupun istrinya? Tidak pernah ada berita tentang pernikahan juga." Seongwoo kembali memangku dagu, menatap Daniel dengan wajah serius.

"Apa aku perlu menanyakan pada tuan Kim sekarang? Semua orang juga menanyakan itu dan tidak ada yang tahu, tuan Ong Seongwoo." Daniel memukul kepala Seongwoo dengan gulungan koran.

Setidaknya apa yang dikatakan Minhyun waktu itu mungkin benar. Pernyataan Daniel juga menambah keyakinan Seongwoo jika tuan Kim memang memiliki seorang anak. Seongwoo harus mencari anak dari tuan Kim dari banyaknya nama Kim di dunia ini. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, Seongwoo harus membakar jerami itu agar jarumnya terlihat jelas. Tapi bagaimana cara Seongwoo membakar jerami itu? Lagi-lagi dia terjebak dalam pemikirannya sendiri, tidak bisa bergerak tanpa bantuan orang lain.

Jisoo mengunjungi Jinyoung di kampusnya pada saat jam makan siang. Dia tidak membawakan bekal apapun karena Jinyoung sudah menyiapkan makanannya sendiri. Seperti biasa, mereka duduk berdua dan makan bersama. Kali ini mereka makan di tempat terbuka, di bangku taman yang ada di dalam kampus. Jihoon melihat mereka berdua, lalu terpesona dengan kecantikan Jisoo. Dia jadi menguping pembicaraan wanita cantik dengan dosennya itu.

"Apa kamu ingat drama yang itu? Mereka menikah karena terpaksa, mereka tidak saling mencintai." Kata Jisoo sambil menggigit sandwich di tangannya.

"Ya, terkadang hal seperti itu bisa terjadi. Seperti seseorang menikah untuk urusan bisnis karena akan saling menguntungkan." Jinyoung juga melahap daging dengan sumpit di tangan kanannya yang sudah sembuh.

"Aku bingung. Jika mereka tidak saling mencintai, lalu kenapa akhirnya mereka bisa memiliki anak?" Jisoo menatap wajah Jinyoung dari samping. Jinyoung pun tersedak mendengar pertanyaan dari Jisoo.

"Jinyoung!" Jisoo memberikan botol minuman miliknya pada Jinyoung. Lalu Jinyoung segera meneguk air dari botol itu dengan terburu-buru.

"Maaf, pertanyaanmu tadi itu terdengar bodoh." Jinyoung kembali tersedak, lalu minum lagi sampai botol minuman itu kosong.

"Hei! Kenapa mereka bisa..." Jisoo kemudian menutup mulutnya. Sepertinya dia sudah menemukan jawaban untuk pertanyaannya sendiri.

"Bodoh, kamu pasti sedang membayangkan sesuatu." Jinyoung tertawa kecil melirik pada Jisoo yang wajahnya mulai memerah.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang