MISSION 4 - The Spectator

671 89 4
                                    

Suasana di kantor jurnalis tempat Jisoo bekerja sangat ramai saat ini. Para reporter dari kantor lain datang untuk meliput ke lokasi itu. Akibat kejadian ini, para karyawan cuti sementara sampai polisi selesai melakukan penyelidikan. Garis polisi tampak terpasang dari mulai pintu depan kantor sampai dengan sepanjang kafe yang telah hancur berantakan. Seongwoo dan Daniel sudah ada di dalam kantor itu sejak malam hingga siang ini. Mereka bersama tim kepolisian sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk mencari pelaku serta motif dari peledakan bom ini.

Ledakan yang terjadi cukup besar sampai menghanguskan beberapa meja di kafe itu. Ancaman tentang bom ini sudah muncul sekitar satu hari sebelum kejadian. Polisi belum sempat melacak dan menghentikannya karena pelaku terlalu cepat. Seongwoo memperkirakan ledakan ini sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tapi pelaku ingin polisi secepat mungkin menghentikan tindakannya melalui ancaman bom. Kini Seongwoo akan mulai menelusuri dari mana ancaman bom itu berasal.

"Nomor itu berasal kantor jurnalis ini. Itu nomor meja Seulgi-noona." Daniel melacak nomor telepon yang menghubungi kantor polisi sebelumnya melalui laptop-nya.

"Jadi, kakakmu yang melapor ke sini? Lalu di mana sekarang kakakmu?" Seongwoo melipat kedua tangannya dengan wajah penuh khawatir. Daniel mencoba menghubungi Seulgi, kakaknya, melalui ponselnya. Akhirnya diangkat.

"Noona, ada di mana sekarang? Apa kamu baik-baik saja? Apa kita bisa bertemu?" Daniel membanjiri Seulgi dengan banyak pertanyaan begitu mendengar suara Seulgi dari ponselnya.

Raut wajah Daniel berubah panik tapi berusaha untuk tenang saat melihat ke arah Seongwoo. Dia memberikan sinyal untuk naik ke lantai atas kepada Seongwoo. Lalu mereka segera menaiki tangga darurat untuk menuju lantai atas. Mereka masuk ke sebuah ruangan dengan pintu kaca di luarnya. Tampak kursi yang tergeletak dan benda-benda di meja yang berantakan. Tidak ada orang di sana, tapi Daniel berjalan menuju sebuah lemari besar dan mulai menarik pintu lemari itu.

"Ini terkunci dari luar." Daniel kesulitan untuk membuka lemari itu. Seongwoo lalu membuka setiap laci untuk mencari kunci lemari itu, tapi tidak ditemukan.

"Biar aku saja yang buka." Seongwoo meregangkan jari-jarinya, lalu mulai menyentuh gagang pintu lemari itu. Otot-otot di tangannya mengeras dan wajahnya mulai memerah.

"Hei, hati-hati." Daniel melihat Seongwoo yang berusaha membuka lemari itu dengan kedua tangannya dengan wajah cemas. Bruk! Pintu itu berhasil terbuka dan seorang wanita terjatuh keluar.

"Seulgi-noona? Apa yang terjadi?" Daniel mengangkat bahu Seulgi pelan, lalu menyenderkan tubuhnya di dadanya yang lebar. Seongwoo segera mengambilkan segelas air dari pantry ruangan itu.

"Minumlah dulu." Seongwoo memberikan segelas air itu pada Seulgi. Dia tampak sangat lemas tapi masih sadar.

"Kemarin, tidak, kemarinnya lagi... Orang memakai topeng." Seulgi masih belum cukup kuat untuk berpikir dan berbicara. Dia kembali meminum air dengan sedikit batuk tersedak.

"Sebelumnya ada surat ancaman. Lalu, aku menghubungi kantormu." Seulgi mulai menjelaskan perlahan tapi kembali terjatuh. Daniel berusaha menopang tubuhnya yang semakin lemas.

"Sebaiknya kita bawa dulu dia ke rumah sakit. Dia perlu istirahat." Seongwoo memegang tangan Seulgi yang dingin. Daniel mengangguk setuju, lalu menggendong tubuh kakaknya itu dan membawanya keluar.

Belum ada perkembangan yang berarti dari kasus ini. Saat rekaman CCTV diputar, ada banyak orang yang datang ke kafe terekam di sana. Tidak ada hal yang mencurigakan. Tapi polisi akan mulai memanggil beberapa orang yang berada di lokasi kejadian beberapa saat sebelum terjadinya ledakan untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Termasuk para pegawai kafe yang bekerja di jam terakhir sebelum kafe itu tutup untuk dilakukan renovasi. Tentu saja Jisoo dan Jinyoung yang menjadi pengunjung terakhir sebelum kafe itu meledak, akan dipanggil juga oleh polisi.

The ManipulatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang