[1.Doctor]

86 11 15
                                    

- - - - -

Dengan tergesa gesa Nabila berlari sepanjang koridor sekolah dan menaiki tangga tersebut dengan cepatnya.

Marshel harus tau! Kalau tidak, ia pasti akan hanya bisa menerima kebohongan! Batin gadis berkacamata tersebut.
Ia membuka pintu kelas, dan menghampiri segerombolan orang orang yang tengah menonton drakor dalam diam diujung ruangan dari Laptop Nina. Nabila tak habis pikir, masih ada sempat sempatnya kalo nonton drakor pas JamKos. Apalagi ketua kelas, sama saja. Menonton film hantu atau semacamnya dari laptopnya, dan beberapa murid juga duduk diatas meja belakangnya untuk ikut menonton.

Setiap ada pelajaran TIK, murid yang ada laptop wajib membawanya demi kepentingan belajar. Tapi ini? Unfaedah sekali.

Saat sampai ia mengambil duduk disamping Marshel yang tengah duduk diatas meja belakang. Nabila membisikkan sesuatu, seketika mata Marshel membulat, tetapi tidak digoreng dadakan. Marshel langsung turun dari meja tersebut dan pergi keluar, Nabila tak bisa berbuat apapun selain menyusulnya.

"Kenapa ya?" Tanya Ria heran.

"Ntah. Kayaknya biasa, soal si kak Rayhan." Jawab Nina dan mempause film yang terputar di laptopnya dan menekan tombol exit. Anggia lalu merogoh saku-nya dan mengambil ponsel dari sakunya. Ia seperti sedang mensearch sesuatu dari handphonenya. Dan seketika ia terkejut dan tak sengaja menepak meja yang ada dihadapannya.

"Kayaknya, Marshel bakalan kecewa banget.." Lirih Anggia memelas dan kemudian terduduk. Yang lain lalu menatap layar ponsel Anggia secara bersamaan dan merasa sedih akan yang akan dirasakan Marshel saat ini.



***

Marshel dan Nabila tiba didepan kelas tersebut. Banyak kakak kelas yang berlalu lalang, hati Marshel sudah siap, alias siap untuk hancur. Salah satu kakak kelas berkuncir kuda menghampiri mereka berdua, tak lain kak Nisa.
"Marshel? Nabila? Kalian cari siapa?"

Kak Nisa menghadap kearah Marshel yang tampak sendu tak berekspresi. Kak Nisa hanya bisa tersenyum sedih melihatnya, ia tau apa yang ia maksud. Kak Nisa lalu memanggil Kak Rayhan yang tengah sibuk memainkan gitarnya bersama rombongannya diujung ruangan. Kak Rayhan berhenti memainkan gitarnya dan berjalan menuju ambang pintu kelas.

Melihat hal tersebut, kak Nisa merangkul Nabila pergi entah kemana. Membiarkan urusan keduanya terselesaikan.
"Marshel? Ngapain kesini? Kan aturan kakak yang ke kelas Marshel.. kan..jadinya gak enak."
Basa basi kakak tersebut dan sedikit menyunggingkan senyumnya.

"Kakak pacaran sama ketua kelas Marshel?"

Kak Rayhan menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
Ia seharusnya menyembunyikannya. Namun ia takkan bisa menyembunyikannya. Sejauh apapun ia berbohong, kebohongan itu akan terungkap menjadi kejujuran.

"Iya kan kak?" Marshel mengulang pertanyaannya dengan senyum manisnya tidak seperti biasanya, namun dipaksakan.

Seketika dua orang itu menjadi sorotan. Semua orang menatap mereka, yang didalam kelas kak Rayhan, maupun yang berlalu lalang dikoridor depan kelas kak Rayhan.

Marshel masih menahan senyumnya dan meremas roknya kuat. Tangisannya hampir pecah. Dan hatinya mulai siap hancur.
"Kak..Rayhan..pacaran sama Amanda kan?" Tanya Marshel mengulang seraya menahan tangisnya yang hampir keluar.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang