[10.SoSad]

32 4 1
                                    

.

.

Amanda tegak didepan pintu kelas. Kepalanya menunduk kebawah menuju lapangan. Tangannya ia kepalkan. Giginya menggertak melihat apa yang dilihatnya. Rasanya ia ingin membunuh mereka satu per satu secara bertahap. Ia benci. Ia iri. Tanpa basa-basi, Amanda membalikkan badannya dan memasuki kelas.

"Lihat saja pembalasanku, dasar sok."

.

"Dan, apa kalian tau jadi Rion itu nganter Nabila pulang!" Histeris Andina dengan sahabat-sahabat lainnya.

"Lo udah ngomong itu lebih dari sepuluh kali, Din. And biasa aja kali." Ucap Nabila.

"Pagi."

"Eh?" Nabila kaget sudah mendapati Rion dibelakangnya.

Andina tersenyum kecil dan merangkul sahabat sahabatnya yang lain.
"Eh, Nin. Lo bawa laptop kan? Kita nonton drakor lagi yukk!"

"Eh ayo!" Timpal Ria. Seperti tau bahasa isyarat itu mereka bertujuh dengan cepat meninggalkan Nabila.

"Ih! Asal main pergi aja." Cibir Nabila.

"Um..tak keberatan jalan sama sama sampe kelas? Kelas kita sampingan kan?" Tanya Rion.

Nabila mengangguk kaku dan mulai berjalan.

Karena merasa sedikit canggung Rion memulai beberapa sedikit pertanyaan dan menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal,
"Gigi lo masih ngilu? Kemaren itu lo spontan bilang sakit pas sudah minum es."

"Nggak lagi." Jawab Nabila singkat dan memandang pasir pasir kecil yang ia lewati dibawahnya.

"Lo sih bandel gak mau minum yang anget, mangkanya kalo orang ngomong yang bener itu dengerin."

"Hm."

.

"Denger yah, kelihatan banget Nabila itu suka sama kamu."

"Kir, lo bicara apa sih? Kita aja baru kenal."

"Denger ucapan gue baik baik, yah. Lo gak bisa nunggu yang gak pasti. Gue gak pasti buat lo. Dan lo cuma bakalan..sakit. Gue saranin lo lupain gue dan..mulai sesuatu yang baru mungkin? Perasaan lo bisa berubah kapan saja."

"Dan posisi lo sama kayak Nabila, nunggu tanpa pasti."

"Itu doank yang mau gue ucapin. Gue tutup telponnya. Dan ohya, gue gak bisa ke festival kota minggu depan. Gue harus diskusiin lagi buat record itu."

"Dah."

Tutttttt~

.

"Jujur deh, lo suka Kirana kan?"

"Hmm..iya. Gue suka-nya pas SMP. Tapi sampe sekarang kayaknya masih. Lo tau darimana?"

"Nebak aja. Lo tau kan sahabatan cowok cewek itu kadang salah satunya ada yang punya rasa lebih. Gue maklumin itu."

.

.

"Ohya, nanti malem jadi ke rumahnya Kirana?" Tanya Rion.

"Eh, ja..jadi kok. Kalo mama gak jadi ikut acara arisan malem ini." Jawab Nabila.

Mereka mulai menaiki anak tangga.

"Bil."

"Ya?" Nabila tetap tak mengalihkan pandangannya ke bawah. Ia sangat tak berani menoleh ke arah Rion. Jantungnya sulit diatur saat ini.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang