[27.Regret]

24 2 0
                                    

***

Suatu pagi, Marshel ber-jogging disekitar taman kota dengan earphone yang melekat ditelinga-nya. Ia beristirahat disebuah bangku dekat sebuah pohon. Ia meneguk sebotol air mineral, dan tiba-tiba ia dikagetkan dengan kehadiran seorang cowok, bernama Rayhan.

Rayhan tanpa dosa-nya duduk disebelah Marshel yang membuatnya merasa risih.

"Ngapain sih?" risih Marshel.

"Lo resek amat. Serah gue mau duduk dimana! Gak usah baperan jadi orang." Kesal Rayhan.

"Ih! Siapa yang baperan coba?!"

"Shut up."

Marshel kesal dan diam saja, melipat kedua tangannya. Rayhan menyandarkan punggungnya, mengadahkan kepalanya ke langit.

"Tawaran gue masih berlaku loh. Lo harus jadi pacar gue lagi."

"Ogah. Emang gue siapa bisa lo atur kayak gitu." Tolak Marshel mentah-mentah. Rayhan memejamkan matanya dan tersenyum kecut.

"Oke, fine. Gue bakal lakukan apapun juga sampe lo balikan lagi sama gue."

Marshel kesal dan mengadahkan kepala-nya,
"Apa-apaan sih kak?! Kakak mau gue bantuin ngerjain PR sama tugas-tugas kan? Oke gue bantuin, tapi gak pacaran juga kali!"

Rayhan lalu diam dan menoleh,
"Lo pikir gue minta balikan cuma gegara tugas? Cuma gitu gue juga bisa minta contekan ke Dimas. Ini bukan soal tugas!"

"Terus apa?" Geram Marshel.

Rayhan tak menjawab, dan malahan ia pergi begitu saja dari situ.

"Apaan sih."

Marshel berusaha tak perduli dan kembali jogging serta dengan earphone yang melekat ditelinga-nya.

.

.

Rayhan melajukan motornya hingga berhenti disalah satu supermarket. Ia turun dan berjalan memasuki supermarket tersebut. Ia merasa haus, ia butuh minuman dingin.

Lalu tanpa sadar bahu nya ditubruk oleh seorang pria yang tak diketahui, Rayhan ingin marah namun ia pendam.

Muka-nya mencurigakan. Gumam Rayhan.

Rayhan hanya membeli sekaleng soda dan membayarnya. Ia ingin kembali ke motornya, namun ia merasa mendengar suara kegaduhan. Ia pun berlari mencari suara itu, ia penasaran.

.

.

Marshel berjalan pulang dengan letihnya, seharusnya ia tadi pura-pura baik saja ke Rayhan supaya bisa nebeng pulang.

Ia berjalan dipinggir jalan hingga ia bepas-pasan dengan seorang pria. Awalnya, Marshel kira ia hanya lewat. Sampai ia merasa ada orang yang mengawasinya dari belakang alias mengikutinya. Saat ia menoleh ke belakang,

Mulutnya langsung dibengkap dengan saputangan oleh seseorang hingga ia pingsan.

Ia tak tahu apa yang terjadi setelah hal itu, hingga akhirnya ia membuka matanya didalam ruangan yang redup.

Dimana ini? Gumam Marshel yang mulai takut sendiri.

Tangannya terasa sakit, namun mungkin itu karena tali yang terikat di pergelangan tangannya. Pandangannya mengelilingi ruangan itu, ia berpikir apa dia diculik? Untuk tujuan apa ia diculik? Toh, keluarganya bukan orang yang bermasalah. Atau mungkin ia ingin dipergoki uang? Apa ia perlu memberikan uang palsu hasil print-an nya semalam? Bercanda, takkan mungkin Marshel melakukan hal illegal seperti itu.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang