***
Terlihat dua gadis tengah kembali melipat tenda dan memasukkannya kedalam tas khusus. Setelah ini, mereka akan pergi ke villa dan melakukan beberapa penjelahan disana. Nina yang masih mengigiti sikat gigi hanya bisa diam saat ia baru sadar bahwa ia belum menyisir rambutnya yang mirip orang gila.
"Nin, pliss jangan nodai sikat gigi gue. Itu keluaran New York yang limited edition." ucap Marshel.
Nina yang ingin muntah mendengarnya, mengigiti sikat gigi itu. Nina tau itu sikat gigi baru yang baru dibeli dari supermarket, bukan bekas gigi Marshel. Kalo bekas gigi, ogah ia gigiti.
Lagipula, ia hanya ingin menjahili Marshel.
"Ck, lo gak butuh sikat gigi. Ngapain lo bawa? Kita juga gak bakalan sempet gosok gigi. Makan aja permen mint, suci sudah rongga mulut lo." celetuk Vina dan kembali mengeratkan tali tas-nya.
"Nina, sisir rambut lo. Ntar lo dikira kuntilanak nyasar." ucap Chintiya dan melempar sisir kearah Nina, dan sontak Nina melepas gigitannya dari sikat gigi tersebut.
Marshel mengambil sikat gigi tersebut dan membuangnya asal. Merasa tak mau menganggap lagi sikat gigi itu sebagai kepemilikan-nya.
"Kuntilanak itu rambutnya lurus, bukan keriting. Badannya kurus, bukan gendut." hina-nya dengan tampang tanpa dosa-nya.
"Eh lu cungkring! Diem ae lu kalo gak mau mati ditangan gue!" elak Nina lalu beranjak berdiri, serta menyisir rambutnya dan setelahnya ia ikat.
"Kalian sudah siap? Ayo pergi." ujar Alvano saat ia datang menghampiri mereka.
Mereka berjalan diatas tanah bebatuan yang menunjak keatas. Memang susah untuk dilewati, namun akhirnya bisa ke puncak dengan saling membantu.
Marshel tengah kesusahan menarik lengan Nina kepuncak, Vina dan Chintiya seolah olah tak mau mendengar pertolongan Marshel untuk menolongnya menarik Nina.
"Woy Chintiya! Vina! Kalean jahad syekalii! Masak gue gak ditolongin ngangkat sapi betina sihh!!"
Nina yang dibawah sana, berusaha naik, namun kakinya selalu tergusur kebawah. Sepatunya sudah berlumuran tanah, Nina berdecih, padahal itu sepatu baru.
"Woy! Cungkring! Tarik yang benerr!" teriak-nya.
"Lo yang berat, gebleg!"
"Lo yang kekurusan! Makanya gak bisa narik gue!!"
"Lo sih gendut, kalo kurus, udah gue tarik keatas ini! Tapi boro-boro naik, nyosor kebawah lagi ada! Susah tauu!!"
"Mana bisa lo narik gue kalo lo kurus! Makanya makan yang sehat! IDUP LO MAKAN MICIN AJAA!"
"IDUP LO MAKAN MAKANAN BERLEMAK AJA, SAMA KAYAK BADANNYA, KELEBIHAN LEMAKK!!!"
"DIEM LO CACINGAN!!"
"GUE KURUS, TAPI SEHAT GEBLEK!"
Alvano memijit pelipisnya yang mengkerut, menyebalkan mendapat kelompok yang seperti ini. Menyusahkan saja.
Dengan berat hati, Alvano membantu Marshel hingga Nina tertarik keatas secara tiba-tiba dan membuatnya kaget. Marshel berkacak pinggang dengan nafas yang seolah olah memburu agar terkesan lelah.
"Makasih kak udah bantu Marshel angkatin sapi. Emang nyusahin."
Ingin Nina mengumpat, namun pertama-tama ia menunduk terima kasih dengan Alvano.
"Iya-iya, sama sama. Ayo jalan lagi."
Nina melotot tajam kearah Marshel, tangannya merasa ingin mencekik leher cungkring itu, namun hal itu ia tahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eight✔
Chick-Lit[Apapun masalahnya, apapun keadaannya, kita akan selalu bersama dan saling mendukung satu sama lain -Eight, 26 Sep 2016-] Sahabat, musuh, perselisihan, masalah, trauma, cemburu, cinta sudah biasa disini. Saling menasihati, memotivasi sesama adalah k...