[5.Scared]

92 9 4
                                    

.

.

"Ninaa!"

"Yes mom?!!" Jawab Nina yang tiba tiba menonggolkan kepalanya dari pintu dapur. Entah kenapa ia sangat bahagia. Hatinya berbunga bunga. Astaga. Atau bisa dibilang..sedikit gila.

"Gak usah sok kebahasa inggrisan! Itu tuh ada temanmu didepan," Ujar sang ibu seraya mencuci piringnya dengan mengusapnya dengan sponge. Bukan spongebob yang temennya bintang laut.

"Eh..siapa?"

"Mana ibu tahu, coba cek, memang ibu hapal nama temanmu?"

"Cowok atau..cewek?" Tanya Nina ragu.

"Cowok."

Astaga, seumur hidupnya berabad abad, bertahun tahun, berbulan bulan, berhari hari, berjam jam, bermenit menit, berdetik detik, baru kali ini ada teman cowok yang mendatangi rumahnya! Karena sekiranya ia mungkin paling dibenci cowok disekolah ataupun dikelasnya. Mungkin.

"Suruh tunggu lima menit!" Ujar Nina lalu menaiki tangga.

"Hah? Ibu sedang mencuci piring!"

"Kalau begitu teriak saja suruh duduk dulu!"

.

Nina menguncir rambutnya dan menyemprotkan parfumnya sedikit. Entah kenapa walaupun begitu, ia ingin memberikan kesan pertamanya dalam menerima tamu teman laki laki yang pertama masuk kerumahnya. Memang berlebihan, tapi begitulah sang jones satu ini. Nina be-riang hati keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan perlahan. Betapa kagetnya ia melihat siapa yang datang. Cowok culun teman sekelasnya!

Astaga, untuk apa ia bersiap siap seperti ini? Ia kira yang akan datang adalah Fernand, atau mungkin Daniel, atau..John? Intinya yang berdasarkan pikirannya sendiri! Ini malahan.. Rizki? Astaga.

"Rizki?"

"Eh Nina! Kau kelihatan manis begitu," Pujinya lancang.

Nina jijik mendengarnya dan ikut duduk disofa. Ia lalu kembali mengucapkan kata kata,
"To the point aja, lo ngapain sih kesini?"

Rizki itu terkenal culun, berkacamata, dan terdapat bintik hitam dibawah matanya. Jarang ada teman yang mau berbicara dengannya, maupun berteman. Kadang kasihan, tapi kadang menjijikkan. Bagaimanapun, tersirat dihati, bahwa ia tak boleh mengecewakannya. Ia juga manusia, harus dihargai. Nina pun mulai mengukir senyumnya.

"Umm..gue..ah, gue gak bisa jujur. Tapi gue disuruh buat ngasih ini, maaf, gue gak bisa ngasih tahu siapa yang ngasih ini. Intinya, ini dari orang yang kayaknya..suka sama lo. Kayaknya. Tapi buka aja nanti."

Rizki meninggalkan surat beramplop merah itu diatas meja dan melambaikan tangannya serta beranjak berdiri.
"Gue pulang, pamit yah.."

Nina lalu menetapkan senyumnya,
"Baiklah, hati hati dan terima kasih."

Apa apaan? Cowok pertama yang masuk kerumahnya hanya perantara surat? Nina menghembus nafas berat dan mengambil surat tersebut. Ia sempat membolak balikkan surat beramplop merah tersebut. Suka? Berani beraninya ada yang menyukai gadis lancang sepertiku! Akan kucekik lehernya jika kuketahui orangnya.

Seharusnya aku senang, tapi entah kenapa aku tidak suka jika ada pria yang suka denganku. Aku menyukai orang, tapi tak suka disukai, rasanya menggelikan. Memang aneh. Tapi tidak dengan seorang Nina.
Ibu menonggolkan kepalanya dari pintu dapur,

"Loh? Temennya sudah pergi?"

Nina menegakkan tubuhnya, dan membalikkan badannya. Ia memegangi pinggiran tangga dan mulai menaikinya perlahan.
"Sudah, Nina keatas dulu ya, bu."

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang