[24.Fight(?)]

22 2 0
                                    

.

.

Hari senin. Hari yang melelahkan bagi para murid untuk berdiri tegap selama 15 menit. Menahan panas matahari yang sedikit terbit dan menyengat dikulit-kulit badan. Guru pembina upacara sudah 5 menit mengoceh dan tidak berhenti-berhenti, hell, ini hari upacara terlama. Bahkan ada beberapa murid yang pingsan karena tidak tahan.

Wajar, yang menjadi guru pembina-nya kepala sekolah. Menceramahi untuk kelas 12 untuk ujian nanti, dan peraturan-peraturan yang masih harus diterapkan didalam sekolah.

Kata orang, peraturan dibuat untuk dilanggar. Dan itulah yang dilakukan John Jefier dan Nina Ferliana. Tidak dikelas, dilapangan-pun kena hukuman. Mereka dihukum karena masalah sepele, yaitu berebut topi. Mereka sama-sama tak membawa topi, namun ada satu dan Anggia yang menemukannya dikolong meja Tara. Dan Tara mengaku, bahwa topinya bukan seperti itu, melainkan ada tertulis namanya dibagian dalam topi.

Dan John serta Nina memakai kesempatan itu agar terbebas dari hukuman. Namun, akhirnya dua-duanya kena hukum karena ribut dibarisan belakang soal rebutan topi upacara.

.

Seusai upacara, yang dihukum tadi masih disuruh berdiri dekat tiang basket dan belum boleh disuruh masuk kelas. Malahan diauruh hormat bendera selama 15 menit lagi. Ah..hidup begitu kejam.

Seorang kakak OSIS perempuan, bernama Sarah mencatat nama mereka satu per satu dari name tag mereka masing-masing yang tertera pada seragam.

Lalu kakak OSIS itu berhenti pada satu anak cowok, dan itu Rion. Rion memasang wajah memelasnya sambil hormat, pandangannya terus keatas.

"Kenapa adik kena hukum?"

"Telat, kak."

"Kenapa telat?"

"Semalam tidur malam, oleh dengar ocehan bunda, kak. Katanya terlalu keseringan main basket dan lupa belajar."

"Tapi kan non-akademik penting juga, kenapa gak jelasin?"

Rion melihat Nabila yang berdiri didepan pintu kelasnya dan menunjuk wajahnya, dan Rion mengerti serta mengangguk pelan. Rion tambah memelaskan badan-nya dan seolah-olah ingin menangis. Sedikit membuat-buat suara serak.

"I..ini..bunda gak mau dengerin."

Kakak OSIS itu merasa gemas dan ingin mencubit pipi-nya namun tidak jadi. Sarah lupa ia juga punya pacar.

"Yaudah, kakak bebasin dari hukuman yah?"

Rion seolah olah mengelap tangisannya, padahal tak ada air mata satu-pun yang keluar dari matanya.

"Be..beneran kak?"

"Iya!"

"Ta..tapi bebasin dua orang itu juga ya? Me..mereka juga temanku."

"Iya, iya apa yang nggak buat adik imut."

Kakak perempuan itu tersenyum ramah ke-arah Rion, dan Nabila yang melihat itu lansung mengacungkan jempol-nya. Rion memiliki kelebihan wajah innocent yang tak sesuai dengan umurnya. Dan aktingnya akan memperkuat aura dirinya. Nabila yang mengajukannya, jaga-jaga bila kena hukuman seperti ini. Dan itu berhasil.

"Ekhem!" Seorang pria yang terlihat lebih tanggung jawab, tak lain ketua OSIS, kak Dendra. Tak lain pacar kak Sarah.

"Jangan mudah bepengaruh. Ini tanggung jawab harus dijalankan. Catat terus nama-nama anak ini."

"Ngomong aja cemburu." Ceplos Sarah dan kembali mencatat nama murid-murid.

Tak lama Nabila datang menghampiri kak Dendra dilapangan yang hampir menjawab ucapan kak Sarah,
"Kak Dendra! Kata kak Retna, dia juga suka sama kakak. Dia bilang ke Nabila kemaren."

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang