[22.Mix]

14 2 0
                                    

.


.

Satria dan Andina sampai di gedung sebuah rumah sakit. Satria memilih untuk melihat keadaan Chintiya juga, ia penasaran akan keterburuan Anggia tadi yang sempat menyuruhnya untuk mengantarkan Andina.

Sesampai disalah satu kamar inap, sebelum benar-benar membukanya Satria menanyakan sesuatu.

"Emang udah ada dikamar inap ya?"

"Iya. Tadi Anggia nge-chat gue." Jawab Andina lalu membuka pintu itu.

Mereka masuk dan menghampiri beberapa orang yang mengelilingi kasur itu, yah..tentunya para sahabatnya.

"Chintiya.." Panggil Andina saat baru datang.

"Akhirnya Andina dateng." Ujar Adinda.

"Loh sama Satria?" Tanya Nina heran saat melihat Satria dibelakangnya.

Satria menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal dan menyengir,
"Tadi Anggia yang nyuruh gue anterin. Soalnya katanya dia mau buru-buru kesini."

"Buru-buru? Bukannya----" Anggia membengkap mulut Marshel yang ingin bicara dan menggantikan pembicaraan,
"Iya, kok. Gue yang nyuruh, saking khawatirnya gue sama My lope lope bestfriend Chintiya."

"Lebay." Ucap Chintiya tersenyum dengan suara seraknya.

"Lo gak papa kan?" Tanya Andina dan melihat selang infus yang tertempel ditangan Chintiya.

"Gak papa."

"Emang lo kenapa bisa kambuh gini? Emang apa yang terjadi?" Tanya Ria tiba-tiba.

Chintiya menghela nafasnya dan mulai bicara, walau sedikit serak.
"Gue tadi mau nyari Riko sama Vina yang ngilang, gue nyarinya bareng kak Alan. Tapi..ada om-om yang ngangkat kaca besar ditengah keramaian, dan gak sengaja salah satu om itu terjatuh, karena kehilangan keseimbangan kaca-nya jatuh dan hancur. Gue kaget, dan dari situ..gue nggak ingat apa-apa lagi."

Setelahnya hening, kini Satria membuka mulutnya.
"Lalu..Riko sama Vina?"

"Mereka ada dikantin rumah sakit sama kak Alan sekarang. Bentar lagi balik. Vina gak sudah-sudah minta maaf, padahal dia gak salah. Katanya, kalo aja mereka nggak ngilang gitu aja, ini gak terjadi. Padahal..kan dia gak juga salah." Jelas Chintiya menatap selimut putih yang menutupi kaki-nya.

"Oh gitu. Kalo gitu gue mau nyusul mereka deh." Ucap Anggia dan keluar kamar inap tersebut. Mereka hanya terheran melihat kelakuan Anggia yang tiba-tiba. Lalu, Satria menanyakan suatu hal yang tak diduga.

"Dari kalian..kok gue gak liat Nabila?"




Nina berdecih pelan dan memutar bola matanya malas. Ia lalu duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya.
"Nabila cuma minta kabar nanti tentang Chintiya. Katanya dia ada urusan."

"Urusan apa?" Tanya Ria yang ikut duduk disamping Nina.

"Gak tau. Tapi barengan Rion. Gue curiga mereka mau dating, gue iri sebagai temannya."

Ria menepuk bahu Nina pelan,
"Sabar, Nin."


Andina mengulum senyum dan ikut duduk bersama Satria juga.

"Ada yang ingin gue ceritain." Ujar Andina.





.

.

Rion memberhentikan motornya dan melepaskan helm-nya. Gadis yang dibelakangnya turun dan ikut melepaskan helm.

"Er..bil, lo yakin?"

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang