[44.1. ICan't]

29 5 5
                                    

***
Use ur earphone 🎧
Thank you.

[Two years later.. ]













Detukan pena itu terdengar jelas dikelas yang sunyi ini. Seorang gadis berkacamata menghela nafasnya pelan dan menghadap kearah lapangan yang penuh dengan kerumunan umat manusia. Tak lama dari sudut pandangannya, pintu kelasnya sudah dikerumuni dengan wajah wajah tanpa dosa.

"Bil, lo masih marah? Kami cuma canda kalii." bujuk Ria pelan seraya terkekeh dan memegangi pintu kelas berwarna coklat itu.

Nabila ingin tertawa, namun ia tahan. Karena tanpa sengaja ia melihat Marshel menari tak jelas dibelakang Ria. Entah kenapa sikap Marshel yang absurd selalu membuatnya ingin tertawa.

Mereka lalu menghampiri Nabila yang tengah menahan tawanya yang hampir membludak itu.

"Kita gak nyebarin soal lo sama Rion kok." ucap Andina singkat.

"Gue tau." jawab Nabila.

"Maafin kami yang bikin fitnah kalau kalian pacaran, padahal enggak." ucap Vina.

"Iya, gue maafin." jawab Nabila.

"Cuma gitu doank?! Gue kira ada masalah apa, sampe berombongan gini. Enakan gue makan seblak dikantin." ucap Anggia sebagai ucapan pamit untuk ke kantin. Perutnya sudah keroncongan dari tadi, dan minta diberi makan.

"Tungguin gue donk! Gue juga mau ikut!" sela Nina berlari mengikuti Anggia.

"Gue juga mau!"

"Gue juga mau ikutt!!"

"Ke kantin bareng?" tanya Andina. Nabila hanya terkekeh pelan dan beranjak berdiri dari duduknya. Ia menyikut Andina pelan sembari berjalan pelan keluar kelas.

"Lebay amat. Gue gak beneran marah kok. Gue tau kalian gak bakalan melakukan hal yang gak gue suka, gue tau kalian gak setega itu."

"Kalo beneran gimana? Lo mau gimana?" tanya Andina.

"Gue cuma bakalan ngerespon dengan diam. Karena cuma itu yang bisa gue lakuin disetiap permasalahan hidup gue. Dan kalau gue mau marah, kesal, kadangan bakalan gue luapin beneran. Tapi itu jarang terjadi, karena gue kebanyakan diemnya. Hehe.."

Andina menggeleng dan tersenyum kecut dalam diam. Hatinya berkata lirih bahwa waktunya akan segera habis. Ini saat saat terakhirnya bersama sahabat-sahabatnya. Ini sudah menjadi keputusannya yang tak bisa diganggu gugat, ia sudah tidak tahan lagi.

.

"Kenapa kalian ngentolin gue kayak anak ayam sih?! Gue mau makan seblak dengan tenang!" keluh Anggia lalu mengangkat mangkoknya dan pindah duduk disamping Nabila.

"Jangan saosnya! Nanti gak enak tauuu!" sebal Ria kepada Vina yang dengan sengajanya memberikan banyak saos ke mangkok bakso milik Ria.

"Kalo gak pedes gak enak tau!" sela Vina.

"Tapi gak kek gini juga Vinaa!!" kesal Ria.

"Heh, sudahlah. Ria, kalau lo gak puas, tukar paksa aja mangkok bakso lo dengan punya Vina. Jangan ribut, gak enak tau didenger orang." jelas Chintiya bijak seraya meminum es teh-nya.

Lalu tak lama Andina hampir saja tersedak dengan apa yang ia liat dilayar ponselnya. Dengan tergesa gesa ia menunjukkannya ke arah seluruh temannya yang sedang makan disekitarnya itu.

"Ini..Amanda sama Vella?" tanya Nabila heran.

"Mereka reunian?" tanya Nina.

Anggia berdecih,
"Jadi mereka keluar dari sekolah ini secara permanen dan nge-sok bersekolah diluar negeri? Cih, setelah dengan apa yang mereka lakuin ke kita kita, berani beraninya mereka bertingkah sombong kek gitu. Dasar cabe."

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang