[4.Trust]

35 6 4
                                    

.

.

"Ih, denger denger ternyata selama ini Marshel tuh PHO nya kak Rayhan sama Amanda, cuma minta muka, mentang pinter ada ada aja."

"Iya yah? Berarti wajar kak Rayhannya mutusinnya ya nggak sih?"

"Eh, katanya dia nyuruh temennya juga buat ngontanin Amanda yah kemaren? Untung ada kak Rayhan. Kesian yah, Amanda."


DEG

Memang sedari tadi Marshel melangkahkan kakinya dikoridor, ia selalu ada yang merasa salah. Orang orang akhir ini banyak yang membicarakannya walaupun sahabat sahabatnya selalu berkata tidak ada apa apa, semua baik baik saja. Tapi selalu saja ada yang salah, mengganjal dihatinya, seolah olah ini terjadi ada sebabnya, ada faktornya.

Tapi siapa?

Marshel berusaha tak peduli dan mengeratkan tali tas-nya.

Brukk

Marshel menoleh,
"Ma..af.."

Kak Rayhan. Kenapa ia harus menubruk pria ini dari sekian banyak pria disekolah ini. Kak Rayhan tak peduli dan berdecih pelan, ia membalikkan badannya dan kembali berjalan. Rasanya sakit. Apa ada orang yang pernah merasakan seperti ini? Rasanya seperti ditolak. Sakit.

"Tuh kan, kak Rayhan aja kayaknya udah benci banget sama Marshel."

"Syukurin. Sekarang dia dekettin kak Rayhan, cuma mau jadi PHO Amanda dan kak Rayhan yang udah lama pacaran duluan."

"Pstt..kecil kecil donk, ini ada orangnya loh."


Mau sekecil apapun kalian berbicara, aku bisa mendengar, dan merasakan ada yang salah. Memang aku salah apa? Aku yang korban. Bukan mereka. Kenapa aku seolah olah disalahkan? Ingin rasanya Marshel menangis, namun ia tahan dan segera berlari ke kelasnya. Tanpa memperdulikan orang sekitar yang bisa diperkirakan sedang membicarakannya.

Rasanya sesak.

Sakit.

Sedih.

.

"Shel, jangan diam aja dong. Ke kantin yuk." Ajak Ria menggoyangkan bahu gadis disebelahnya itu.

Marshel menggelengkan kepalanya pelan dan tetap menulis materi yang sempat ia ringkas dari buku paketnya tadi. Ria menghela nafas pelan, ada apa dengan sahabatnya satu ini?

Andina datang ke kelas dengan lompatan lompatan kecilnya dan senyumnya yang mengembang, Nabila yang mengikutinya dari belakang memandang risih Andina. Andina menghampiri Marshel dengan wajah berseri serinya,
"Marshel!!"

"Hmm?" Tanya Marshel seadanya dan tetap fokus dengan catatannya.

"Nih anak ayam kesambet apa?" Tanya Ria.

"Diusir sama induknya, jadinya gini,"

"Hadeh, lo kasih micin ya, bil?"

"Maaf, tadi gue kasih kebanyakan,"

"Pantesan, gak dimasukkin RSJ?"

"Maunya gitu, selain diusir induk, dikasih micin, orang RSJ gak mau nerima dia,"

"Kenapa?"

"Ruangan khusus buat dia full,"

"Ruangannya gimana?"

"Emm..Ada pager pagernya gitu,"

Andina kesal dan menjewer telinga Ria dan Nabila secara bersamaan,
"Kalian paan sih? Kalian yang nambah gak jelas! Mintak disumpelin cabe yah?"

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang