.
.
"Mau pesen apa?"
"Ah, aku mau choco latte float saja,"
"Heh?! Minuman favorit kita sama yah?" Seru Vina. Anggia hanya tersenyum kaku.
"Baiklah, tunggu beberapa menit yah," Ujar sang pelayan.
Vina lalu menopang dagunya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya berkutik dengan handphone-nya. Cafè saat itu tidak terlalu ramai, namun lumayang banyak bangku yang diisi. Mungkin mereka sebagian banyak yang menghabiskan waktunya disini saat sore hari.
"Vin.."
Vina mendongakkan kepalanya dan menonaktifkan layar ponselnya. Ia menyatukan jari jarinya dan menatap Anggia.
"Kenapa? Apa..lo kurang nyaman disini? Kalo begitu..kita ke tempat lain saja. Sedari tadi lo tidak terlihat nyaman,""Ehh---bukan begitu kok, hanya saja, gue ragu mau cerita atau nggak,"
Vina mengulas senyumnya,
"Hei, nggak papa kalo mau cerita. Ada untungnya juga kan gue ngajak lo kesini? Cerita aja. Gue dengerin kok.""Nggak baik nyimpan beban sendirian, cobalah sharing sedikit sedikit, mungkin gue bisa bantu,"
Mungkin aku salah, dan dia benar. Tak mungkin aku menanggung beban ini sendirian. Aku tidak sendirian.
"Ah, jadi.."
Dan akhirnya aku menceritakannya. Dan Vina hanya diam termenung sambil menatap minumannya. Dari ekspresinya, tatapan sendu nan sayu-nya, aku mulai merasa takut.
.
.
Nabila tak diam dalam duduknya. Saat ini ia merasa agak terganggu dan tidak enak. Tiba tiba saja Amanda mengajaknya ke taman kota didekat mini market, katanya mau membicarakan sesuatu. Dan aku agak..takut dan berfirasat buruk. Kebohongan Anggia bukan masalah lagi sekarang. Namun, apa yang ingin Amanda bicarakan padanya?
Tiba tiba gadis berkuncir itu datang dan tiba tiba mengambil duduk disamping Nabila,
"Hei,""He..hei." Jawab Nabila kaku tanpa mengalihkan pandangannya dari sepatu dibawahnya.
Amanda memegang bahu Nabila,
"Lo sakit? Gue anter ke tempat medis yah?"Nabila menghempaskan bahunya begitu saja.
"Gak usah sok akrab! Langsung aja lo mau ngomong apa!"Amanda mengulum senyumnya dan menyilangkan tangannya didepan dadanya,
"Galak amat, sih. Gue dateng kesini buat baik baik. Tapi..yaudah deh. Mungkin lo ada masalah dan pengen cepet pulang. Gue bukan nuduh yang gak jelas kok, tenang aja."Sok baik. Pinter main drama. Mau apa lagi wanita ini? Setelah membuat masalah Marshel, dia mau apalagi dengan Anggia?
"Jadi gini,"
Nabila menangkupkan kedua tangannya bersatu diatas pahanya dan menunduk, ia takut apa yang akan dilontarkan oleh mulut gadis blasteran itu.
"Gini yah, bil. Maaf sikap gue tadi dikelas keterlaluan banget, sebagai ketua kelas gue memang buruk. Terus soal Marshel itu gue juga minta maaf, kak Rayhan yang nyuruh gue untuk merahasiankannya. Dan gosip yang mulai menyebar, ada yang melihatnya pas pulang sekolah,"
"Dan..soal ancaman itu..gue juga minta maaf. Seketika gue jadi egois,"
"Lo mau main drama atau apa sih? Sikap lo itu keterlaluan, buat apa minta maaf, percuma. Gue, Marshel, maupun yang lainnya gak bakalan maafin lo!"
Amanda menghela nafasnya, dan menurunkan tangannya.
"Gini yah bil, kalian baru beberapa bulan jadi deket, sedangkan gue udah 9 tahun sama si Anggia itu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Eight✔
ChickLit[Apapun masalahnya, apapun keadaannya, kita akan selalu bersama dan saling mendukung satu sama lain -Eight, 26 Sep 2016-] Sahabat, musuh, perselisihan, masalah, trauma, cemburu, cinta sudah biasa disini. Saling menasihati, memotivasi sesama adalah k...