[33.Pajamas]

22 3 2
                                    

Few uncomfortable words, i warn you:)

More than 1500 words.






***

Anggia mengingatnya sekarang, dulu Anggia pernah ingin bunuh diri menyusul kedua orang tuanya karena tak tahan lagi akan hidupnya. Dan ia hampir bunuh diri di rooftop, Daniel dengan darah yang berlumur diwajahnya menyelamatkannya, dan menyadarkannya bahwa bunuh diri itu bukan solusi yang benar untuk memperbaiki masalah hidupnya.

Saat itu, walau Daniel terluka parah akibat Anggia yang memukulinya dengan pecahan botol bak orang gila, ia masih tetap menolongnya.

Anggia sangat salut dengan perilaku Daniel, seberapapun ia menyakitinya dengan luka, ia tetap bangkit dan menyembuhkan luka orang lain tanpa mengkhawatirkan dirinya sendiri.

"Anggia?"

Anggia mendongakkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman terbaiknya.

"Terima kasih, Niel."

.

.

Sebuah rumah dengan lampu terang benderang disetiap ruang mengumpamakan betapa bersinarnya malam hari bagi orang orang yang ada didalamnya. Bahkan lampu garasi-pun hidup entah untuk apa dihidupkan.

Seorang gadis menghela nafasnya dan membuka kenop pintu rumahnya sendiri,
"Bokap sama nyokap gue keluar kota tiba-tiba, pantesan dari tadi sore gak ada orang dirumah, gue baru ngecek handphone."

Chintiya menaruh beberapa kantong plastik berisi makanan ringan, ia merasa sebal sendiri sudah mengajukan dirinya untuk ke supermarket sendirian dan membeli beberapa makanan ringan, padahal dia yang tuan rumah, tapi dia yang keluar untuk membeli makanannya. Rasanya tidak adil.

"Mantap donk bossque, kita jadi leluasa!" girang Andina yang sibuk menata bantal bantal menjadi seperti bentuk benteng?

"Emang masih jaman main Benteng bantal?" tanya Chintiya.

Tiba-tiba Nina muncul dari tengah tengah susunan bantal itu,
"Sok dewasa lu! Padahal bantal lu aja gambar my little pony!"

"Ih! Itu bantal adek gue yang ada dikamar gue, gebleg." bela Chintiya yang tak mau dirinya kalah, sembari berkacak pinggang.

"Woy ndut! Benteng bantal gue ancur!" segak Andina yang tak terima mahakarya-nya dirusak.

"Heh lu upil ayam, gue body goals gini lo bilang 'ndut'?" balas Nina.

Andina tak terima dan memukul Nina dengan bantal yang ada digenggamannya. Dan Nina membalasnya.

"Rasain lo! Mamamm tuh bantal upil ayam!" teriak Nina yang membalas Andina dengan memukulnya dengan bantal.

Andina menepis bantal yang dipukul Nina kearahnya dan membalas balik dengan pukulan bertubi-tubi,
"Ayam mana ada upil, gebleg!"

"Hatchiii!"

Suara bersin tersebut menghentikan perkelahian keduanya, orang yang barusan bersin itu menggosok hidung-nya yang mulai memerah.

"Heh, gue alergi ini. Tuh bulu bulu bantal kemana mana!" keluh Anggia. Dan Andina baru sadar bantal yang ia pegang sobek dan isinya keluar.

Disaat lengah, Nina melakukan pembalasan dendamnya dan memukul Andina dengan bantal.

"Bodoamat!"

"Gak sportif lu, nyet."

Melihat itu Chintiya mengulum senyumnya lalu ia beranjak ke dapur.

.

.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang