[42.Lost]

20 3 0
                                        

Use ur earphone 🎧
Thank you.

***

Sang Surya bangun dari tidurnya dari semalaman yang berat, cahaya-nya terpancar bersamaan dengan gumpalan gumpalan putih yang berterbangan. Semilir angin menyerbak helai rambut seorang pria melalui jendela yang ada dihadapannya. Pria itu membalikkan badannya, menatap kasur kosong itu. Biasanya tempat tidur itu berantakan dijam segini karena pemilik kasur itu selalu sadar bila ia terlambat pergi ke sekolah. Namun, tidak hari ini, tempat itu tertata rapi. Pria itu menghembus nafas pelan dan meninggalkan ruangan itu sesegera mungkin.

Pria itu menyisir rambut-nya dengan jemarinya dan sesekali mengacaknya lagi. Ia lalu beranjak turun tangga, memerhatikan foto foto yang terbingkai disana disepanjang tangga.

Terlihat banyak foto keluarga disana, seperti seorang gadis, sang ibu, sang ayah, dan seorang pria. Dan juga terlihat disana ada seorang pria yang merangkul gadis tersebut, namun gadis tersebut terlihat cemberut.

Pria itu terkekeh pelan, ia lalu kembali menuruni tangga. Sesampai didapur, ia mencoba memasak sesuatu, namun seketika ingin menyalakan kompor, kepalanya terasa pening.

Giginya menggertak, dan nafasnya memburu. Dengan tertatih-tatih ia menuju kamarnya. Segera membuka laci, namun tabung obat itu tak terambil, tiba-tiba kakinya melemas hingga ia tersungkur ke lantai. Matanya memerah perih dan melotot.

"AAAARRGHHHH!!!"

Ia memegangi kepalanya, kejadian itu terulang lagi dikepalanya. Dan tanpa sadar tangannya memecahkan vas diatas nakasnya hingga tangannya sendiri berdarah.

Ia merasa marah, sangat marah. Depresi berat yang mengakibatkan emosinya berlebihan. Seketika, sesaat ia sadar dan langsung cepat-cepat meneguk pil obat yang berhasil ia dapatkan.

Nafasnya mulai teratur, dan denyut nadinya mulai normal, bahkan emosinya stabil.

Ini alasan kenapa ia harus keluar rumah setiap saat, ia tak mau adiknya melihat semua ini. Ia takut jika adiknya bisa mati kapan saja ditangannya bila keadaannya seperti ini. Ia harus hidup diluar rumah secara terus-menerus, itu alasan kenapa ia selalu meminta uang dengan membentak sang adik.

Ia tak mau semua amarahnya terjadi didalam rumah ini, satu-satunya hal yang paling berharga bagi keluarganya, satu-satunya peninggalan orang tua-nya.

Angga memerhatikan telapak tangannya yang mengeluarkan darah yang banyak, lalu ia beralih dengan vas bunga yang pecah itu. Suasana hatinya berkecamuk, ia sangat takut bila sang adik mengetahui semua tentang hal ini.

Dan ia harus rela di cap, sebagai kakak yang tidak baik.

.

Keringat itu bercucuran setelah sekitar lima belas menit berjalan kaki menuju bagian Selatan di hutan tersebut.

Satu lokasi yang menjadi target mereka, labirin. Hari siang yang menyengat itu mengharuskan para peserta pramuka untuk masuk kedalam labirin, dan menemukan jalan keluar masing-masing. Siapa yang cepat, itulah yang akan mendapat nilai terbaik dalam penilaian akhir.

Vella menyunggingkan senyumnya diam-diam dan segera memasuki labirin itu seorang diri tanpa menghiraukan Lala yang tak setuju akan rencana yang akan dilakukannya.

.

Gedung pencakar langit itu menjulang tinggi, asap karbon dioksida itu mengepul di jalanan yang padat, seorang gadis tengah berada didalam sebuah mobil hitam bersama supir pribadi.

Gadis itu tengah menatap layar ponselnya, hingga akhirnya mengalihkan pandangannya kearah luar jendela.

Gadis itu, Amanda. Lokasinya sekarang benar-benar jauh dari negara asalnya, Los Angeles. Bagi Amanda berkerja sama bersama Vella adalah hal yang menguntungkan.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang