***
Jam satu malam, ia duduk sendirian disebuah halte. Merasa kedinginan, jaketnya tak menutupi rasa dinginnya.
.
"Andina?"
.
Seorang gadis melangkah perlahan naik keatas panggung. Gadis cantik dengan rambut disanggul, dan dengan deru nafas yang teratur ia berbicara santai melalui mic ke para hadirin yang sudah hadir.
Setelah tarian pembuka, akan ada sedikit hiburan yakni nyanyian sebuah lagu yang akan dinyanyikan oleh gadis bernama Tasya, dan diiringi suara gitar akustik yang akan dimainkan oleh John.
Tasya mulai bernyayi, dan John mulai memetik senar gitarnya. Sesekali ia tidak fokus dan terus menatap setiap hadirin yang hadir, ia cemas dimana pacar bontet-nya itu.
Ohya, ia lupa suatu hal. Gadis itu kan agak pendek, pasti takkan terlihat dari sini. Tapi ia sangat berharap gadis itu tidak marah akan apa yang ia lakukan sekarang.
John tertawa kecil seketika, membuat mic yang tertangkap suara gitarnya menangkap suara tawa kecilnya juga. Penonton bukannya terkesan mengejek, mereka malah memuji.
Bahwa..
John sangat manis bila tersenyum seperti itu. Bahkan penonton yang merupakan perempuan melongo melihatnya.
Tasya lalu menutupinya dengan suara highnotes nya yang memang merupakan nada dalam lagu.
.
Sekitar jam setengah dua belas, jam makan siang tiba. Dan orang terlebih dahulu mendahulukan untuk berfoto per-kelas dipanggung pertunjukkan.
Seusai kegiatan tersebut, mereka saling bertemu pada satu titik temu, yaitu didekat pintu samping gedung.
Mereka sebenarnya diatur duduk per-kelas. Tetapi saat menginjak kelas dua belas, mereka berpisah dan berada dikelas yang berbeda. Dikarenakan hal itu, mereka sulit bertemu, terlebih lagi suasana gedung ramai.
"Gue laper.." rengek Nina-- mengangkat sedikit gaun abu abu--biru nya.
"Lu mah laper teruss, jan lupa sikat abis lima piring. Nggak usah malu-malu. Padahal biasanya gitu makan makan sama kita."
Celotehan Marshel membuat Nina ingin melempar sepatu kets yang ia pakai kearah Marshel.
"Sudah-sudah..ayo ngambil makan. Gue laper banget." gerutu Anggia yang tak tahan dengan keroncongan perutnya. Dari tadi ia sudah menahan lapar dari mulai kepala sekolah yang menyampaikan pidato dengan panjang lebar.
Nina dengan wajah tanpa dosa-nya mengambil ayam bakar dua potong, kemplang lima buah, wortel sop tiga buah yang besar-besar beserta sayurannya, semangka dua buah, dan air mineral gelas dua buah.
"Lo mau makan atau apa sih?" tanya Nabila yang malu melihat tingkah laku sahabatnya.
"Biarin, gue laper, yang penting sombong."---sesudahnya ia langsung pergi dari pandangan Nabila dengan angkuhnya. Dan Nabila baru sadar ia memegang dua piring dalam satu tangan, karena tertumpuk jadi tidak sadar jika ada piring lagi dibawahnya.
Nabila menggelengkan kepalanya lemah, sudah menyerah menghadapi sikap sahabatnya tersebut.
.
Makan siang diantara mereka berlangsung hening, karena setiap dari mereka sibuk makan. Sepertinya mereka semua seperti binatang buas kelaparan. Terlebih lagi Nina, ia tak peduli dengan tangannya yang sudah minyakan karena memakan ayam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eight✔
Chick-Lit[Apapun masalahnya, apapun keadaannya, kita akan selalu bersama dan saling mendukung satu sama lain -Eight, 26 Sep 2016-] Sahabat, musuh, perselisihan, masalah, trauma, cemburu, cinta sudah biasa disini. Saling menasihati, memotivasi sesama adalah k...