[35.RainyNight]

20 3 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Entahlah, Ria juga tak mengerti. Tiba-tiba saja Farel mengajaknya ke antrian rollercoaster, walau canggung sesaat, Farel sempat mencairkan suasana dengan perkataan yang membuatku tertawa, seperti..menghibur?

Ia bahkan tak bercerita sama sekali soal surat yang dikirimkannya padanya. Seolah-olah itu hanya urusan belakangan. Yah, yang terpenting aku bisa bersenang-senang dengannya, dan melihatnya tersenyum. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu terbang ke angkasa hanya untuk mengitarinya.

"Ria, ayo! Sekarang giliran kita!" ia menarik lengan Ria, dan membuat mereka berdua duduk berdampingan dikereta terbuka yang akan melaju cepat nantinya.

Ia memasangkan sabuk pengaman Ria, dan tentu saja ia kaget akan perilakunya tiba-tiba. Dari sini, Ria bisa melihatnya dari dekat, bahkan hembusan nafasnya menggelitik kulit lengannya.

Rasanya, sesak napas.

"Keselamatan itu utama." ujarnya lalu beranjak memasang sabuk pengamannya sendiri.

"Lo sih, daritadi bengong mulu, maksa banget gue yang pasang-in nya." keluh Farel. Ria masih terdiam, dan Farel mengernyit heran, menatap Ria yang melongo menatap-nya juga.

"Gue tau gue ganteng, biasa aja liat-nya." ujarnya terkekeh pelan. Seketika, Ria mengerjapkan matanya dan melotot tajam.

"Amit-amit, gue---"

"Kyaaa!!"

Ria spontan berjerit saat kereta tersebut melaju cepat. Jerit demi jeritan, tawa demi tawa menggelegar bersahut sahut-an saat kereta itu melaju dengan cepat-nya.

Seketika, kereta panjang itu melambat sedikit demi sedikit saat berjalan ke puncak. Ria menghenti-kan jeritannya dan mengarahkan kepala ke Farel yang masih sibuk tertawa.

Ria ikut tersenyum melihat-nya, Farel yang tersadar diperhatikan menoleh dan membalas senyumannya. Ia menggenggam telapak tangan Ria yang mengeluarkan keringat dingin.

Menggenggam-nya dengan sangat erat.

"Jangan takut."

.

Kereta itu memang melambat seiring ke puncak, Daniel yang ada disamping-nya memandang heran orang disebelah-nya. Deru nafas orang tersebut, seperti ingin mati.

"Ngia?"

Anggia menoleh, wajah-nya sangat pucat, bak mayat hidup.
"Gue..gak papa."

Daniel tersenyum lembut,
"Eum..bertahan-lah. Lo bakalan baik-baik aja kok. Bentar lagi ini rute rollercoaster-nya berhenti pas kita nyampe ke bawah."

Nggak usah dibilangin juga, napa sih? Bikin gue nambah mual aja mikirinnya. Gumam Anggia yang sudah menyandarkan kepalanya. Menatap langit langit diatas-nya, yang terlihat bisa diraih, namun nyatanya tidak.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang