[30.BadFeelings]

17 3 0
                                        

***

Setelah berhari-hari lamanya, akhir-nya Vina dan Chintiya memasuki lagi hari-hari sekolah seperti biasanya. Dan anehnya, mereka berdua seperti biasa-biasa saja berteman.

Anggia menggeleng pelan dan melipat kedua tangannya didepan dada,
"Jelasin, kok bisa baikan sih?" penasaran Anggia.

Marshel memegang pundak Anggia,
"Biarin, yang penting baikan, gih."

"Gue punya drakor baru loh di laptop!" antusias Nina yang sedang membuka tas laptop-nya.

John yang sedang mengigit pena-nya dan memang bangkunya dibelakang Nina tak sudah-sudah berkomentar pedas yang membuat Nina naik darah.

"Paan sih bagusnya muka plastik?"

"Heh, ngaca donk yang muka-nya muka ember bocor." balas Nina tak terima.

"Sori, muka gue ini gini gini perawatan loh."

"Oh, perawatannya pakek babycream gitu?"

"Enak aja lu anak gajah."

"Diem lu anak jerapah."

Dan tak selesai-selesai hingga akhirnya bel masuk berbunyi. Ria mengernyit heran saat menemukan amplop dibawah meja-nya. Tulisannya, from Raja.

Ria menoleh kearah teman sekelasnya bernama Raja duduk, wajahnya biasa-biasa saja. Ria berbisik keteman sebangkunya, Marshel.

"Shel, gue dapet surat dari Raja."

Marshel membelalak kaget, dan menoleh kearah Raja duduk. Dan Marshel otomatis terceplos,
"Raja ngasih lo surat?"

Anggia yang mendengarnya langsung berteriak.
"Hah?! RAJA NGASIH SURAT?!"

Kalian tau-lah suara Anggia yang beroktav-oktav tinggi suaranya.

Raja menoleh dan menautkan alisnya seolah olah menyatu.
"Gue gak pernah ngasih surat toh."

Marshel yang mendengar jawabannya menarik paksa surat tadi dari tangan Ria.
"Serius?"

Didetik itu juga, satu kelas menyorakinya dan Raja tak terima. Dia bahkan tak pernah mengirim surat sekalipun kepada orang yang ia sukai, kecuali mengatakannya secara langsung.

"Serius! Gue gak pernah ngirim surat ke siapapun!"

Raja terus bersikeras akan pendapat-nya yang tak pernah sama sekali mengirim surat ke siapa-pun, hingga akhirnya kelas kembali hening dengan kehadiran seorang guru berkacamata.

Saat penjelasan materi, Ria mengalahkan pandangannya keluar jendela.
"Gue yakin bukan Raja. Tapi siapa Raja?" guman Ria dengan suara yang amat-amat kecil.



"Ratu itu Ria Putri."




Deghh

Gak! Gak mungkin! Plis jangan mikir yang aneh-aneh! Ria bersikeras tak mau memikirkannya, tak mungkin orang itu.

Tidak mungkin!




.

.






Andina menelungkupkan kepalanya ke lipatan tangannya yang ada diatas meja-nya.

"Lo napa?" tanya Nabila.

Andina masih diam.

"Semalem Nina jadi kan jemput lo?" tanya Nabila.

Andina mengangguk dengan posisinya yang tetap.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang