[40.Fun]

22 4 2
                                    

Use your earphone🎧
Thank you.

***

Hari ketiga kegiatan pramuka.

Pagi-pagi sekali, mereka harus berkumpul dilapangan tempat mereka berkumpul semalam. Memang tidak ada yang dihukum karena kegiatan semalam, semuanya sudah melakukan kegiatan tersebut dengan baik.

Ada yang masih menguap, atau ada yang mata-nya masih memerah karena menahan kantuk. Yang benar saja, semalam mereka benar-benar selesai melakukan kegiatan tersebut sekitar jam sepuluh malam lebih, dan pagi ini mereka sudah disuruh berkumpul jam empat subuh? Gila, emang. Dan ini tidak termasuk dalam pengarahan kemarin. Ini diluar jadwal!

"Maaf, mengumpulkan kalian pagi-pagi seperti ini. Aku yakin 100% belum ada yang mandi, hanya saja kalian mengganti baju kalian dengan seragam."

Mereka mengangguk dalam diam. Malas bicara dan juga menahan kantuk.

"Anggap saja hari ini liburan. Kita akan melakukan penjelajahan di tempat air terjun jam 8 nanti. Kakak tidak ingin ada yang terlambat untuk berkumpul dilapangan ini. Dan jadwal selanjutnya, kita akan melakukan pesta api anggun besar-besaran dimalam hari."

Mereka dikumpulkan sepagi ini hanya untuk pemberitahuan jadwal?! Yang benar saja.

"Selain berkata soal jadwal, ada pemberitahuan lainnya juga. Sebelum benar-benar pulang besok, kita akan melakukan lomba labirin di area hutan bagian selatan. Itu artinya, kita akan pulang di sore hari. Anggap saja labirin itu nilai tambahan dalam kegiatan pramuka kalian. Mengerti?"

Mereka bersorak, 'iya'.

"Bagus. Sekarang kembali ke villa dan persiapkan diri kalian untuk penjelajahan. Ingat untuk membawa buku catatan kalian, rekam apa saja yang kalian lihat untuk jadi pembelajaran. Nilai itu akan sangat membantu untuk kami."

.

.

Seusai mempersiapkan diri, membersihkan badan, memakai seragam lengkap, dan bernyanyi tak jelas karena bosan menunggu waktu, akhirnya jam 8 kurang lima menit tiba.

Mereka bergegas keluar villa dan menuju lapangan.

"Jadi itu usulan lo ninggalin gue sendirian semalem sampe lampu senter gue matii?!!!" pekik Ria dihadapan Nina.

"Selow ae, mbak. Lagian lo harus-nya berterima kasih dikasih waktu buat berduaan sama tuh tiang listrik. Gue sengaja, karena gue tau kelompok dia bergilir tepat sesudah kelompok kita."

Penjelasan Nina tiada arti bagi puncak kemarahan seorang Ria Putri.

"Tapi lo gak harus ninggalin gue juga kaliii!! Gue ketakutan setengah mati dan lo tau ituu!!"

"Iya...iya..gue ngaku salah, gue minta maaf." ucap Nina yang malas berdebat.

"NGGAK BISA GITU! DAN JUGA GUE SAMPE LUKA GINII!"

"Halah, semalem gue ngendong lo juga."

Ucapan seseorang tersebut membuat Ria bungkam, tak berani bicara. Ia kan harus susah payah lagi menahan malu.

"Gak usah marah-marah, masih pagi juga. Lagipula hal itu udah lewat. Maafin gih, gak baik gak maafin orang." tutur Farel saat menghampiri mereka.

"Dengerin tuh." ujar Nina penuh penekanan.

Tak lama seseorang memanggilnya dan terpaksa Farel meninggalkan mereka untuk pergi kearah sumber suara.

"Ciee..." ejek Marshel menyenggol lengan Ria yang masih melongo menatap kepergian Farel.

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang