[16.Different]

25 3 0
                                    

.

.

Vina melipat kedua tangannya keatas meja. Ia memejamkan matanya sejenak diatas lipatan tangannya itu. Dan matanya terpaksa terbuka karena suatu suara.

Ia menghadap ke sekitarnya, kosong. Dikelas ini, hanya dia seorang diri. Semuanya ngonyor ke kantin, dan Vina sedang tidak nafsu makan. Ulangan matematika mendadak barusan, membuat kepalanya sakit dan rasa ingin memejamkan mata.

Tiba-tiba suara itu timbul lagi, Vina sedikit takut. Mungkin ada makhluk halus yang menganggunya.

"Baa!"

Vina memukul orang itu dengan buku yang ada diatas meja-nya. Orang itu tiba-tiba saja menonggolkan kepalanya didekat jendela kelas tepat disamping tempat duduknya.

"Lo ngapain sih? Kurang kerjaan, elah."

"Aduh, ampun sakit." Ringis orang itu dan mengusap kepalanya.
Pria itu menjulurkan tangannya lewat jendela,
"Kenalin, gue Riko Prasetyo, paling ganteng. Mirip vampire-vampire ganteng di film. Gue kelas X.5. Sahabat kembarannya Samuel."

Vina memutar bola matanya malas dan menepis tangan itu.
"Lo melebih-lebihi diri lo sendiri. Gue gak suka. Apa tujuan lo kesini? Stalker yah? Ngaku."

"Pe-de amat anak pak Raden."

"Hah?!" Kaget Vina.

"Ng..nggak. Haha. Lo salah denger."

"Serius, lo ngapain kesini?" Tanya Vina lagi.

Riko tersenyum,
"Simple. Gue jomblo. Orang dikantin pada nge-gosip, orang ditaman pada pacaran, orang lapangan lagi nendang bola yang bentar lagi pasti dipanggil ke kantor karena mecahin jendela. Gue..bosen dan gak ada kerjaan."

Vina menghela nafas kasar,
"Apa hubungannya kesini?"

Riko berusaha berpikir,
"Oh iya, karena gue kurang kerjaan, gue lagi jalanin misi kesini. Seharusnya diem-diem. Gue kira kelas ini kosong."

"Misi?" Curiga Vina---"Misi paan?"

"Gak usah kepo. Mana meja Chintiya Miranda?" Tanya-nya seraya memanjat jendela. Vina yang melihatnya spontan mendorongnya, dan ia terjatuh lagi ke semak semak diluar jendela.

"Ih! Lo kasar amat jadi cewek!!" Keluh Riko dan memegangi punggung-nya yang terasa sakit.

"Salah sendiri. Manjat tuh liat-liat! Gak liat ada orang disini?! Apa rada-rada buta?!!" Sentak Vina.

Riko menghela nafasnya kasar dan bangkit. Ia mengambil salah benda dari saku-nya. Riko memberinya ke Vina.
"Ambil. Trus masukkin ke kolong meja Chintiya. Jangan kasih tau dia itu dari gue, karena aslinya memang bukan dari gue. Gue cuma perantara." Jelas Riko.

"Apaan nih?" Heran Vina melihat benda itu yang terasa asing.

"Itu kotak."

"Gue tau, tapi ini apa?"

"Itu kotak, bego."

"Ya isinya apa?!! Itu maksud gue!" Kesal Vina.

"Buka sendiri. Gue pergi dulu, Samuel gak boleh dibiarin dikantin sendiri. Fans-nya banyak." Jelas Riko dan membersihkan sedikit sedikit debu yang menempel dicelana-nya.

"Rion Devan?"

"Iya." Jawab Riko. Riko membalikkan badannya dan melambaikan tangannya.---"Maaf gak bisa banyak ngobrol. Gue banyak urusan. Bye."

"Ih, tadi ngomong gak ada kerjaan." Cibir Vina pelan. Saat Riko benar-benar pergi, Vina melihat-lihat kotak tersebut. Dengan tulisan diatasnya, '
'From: Al'

Eight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang