Kanzia mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai sembari menunggu beberapa menit untuk memastikan bahwa Rael sudah tidak ada di depan sana.
"Kanzia nggak ganti baju?" sapa teman sekelas Kanzia yang ingin membuka pintu toilet.
"Enggak, gue nanti gantinya." sahut Kanzia sambil tersenyum singkat.
Teman sekelasnya tadi mengangguk "Gue ke kelas duluan ya!" Kanzia melambaikan tangannya.
Tak beberapa lama semua temannya yang telah menganti pakaian sudah keluar dari toilet. Sekarang tinggalah Kanzia sendirian.
Dia membuka kenop pintu secara perlahan. Kemudian mengintip melalui celah dari pintu yang sedikit terbuka. Dan ketika sudah memastikan bahwa tidak ada Rael disana, Kanzia berani keluar dan menghembuskan nafasnya lega sambil menutup pintu toilet.
"Akhirnya lo keluar juga!" Kanzia sontak terkejut. Dia menelan ludahnya. Ternyata dugaan dia salah, Rael masih menunggunya.
"Lo daritadi nunggu disini?" tanya Kanzia.
Rael bangkit dari kursi, berjalan mendekati Kanzia "Iya, gue nunggu lo. Gue mau minta maaf soal tadi. Gue nggak mak—"
"Gue udah maafin." jawab Kanzia sambil berjalan meninggalkan Rael.
"Seriusan?" Rael berusaha menyamai langkahnya dengan langkah Kanzia.
"Hm."
"Berarti kalo lo gue ajak makan dikantin, mau?" Kanzia menghentikan langkahnya, menatap Rael tepat dimata.
"Nggak mau." Kanzia kembali melanjutkan langkahnya.
Menaiki tangga menuju kelasnya dengan Rael masih tetap mengikutinya. Dan hal ini tentunya tak luput dari beberapa tatapan ingin tahu dari sebagian siswa.
"Kak, jangan ikutin gue terus! Lo nggak liat pada ngeliatin kita?!" ucap Kanzia.
"Biarin aja."
"Kok biarin si?"
"Iya emangnya kenapa? Mereka kan cuma ngeliatin doang. Gue udah biasa diliatin."
"Nggak nanya!" Kanzia masuk ke dalam kelas, lalu duduk ditempatnya.
"Kanzia! Dari mana aja si. Gue nyari lo ke kantin ke perpus ke—Kak Rael?" ucapan Arisha saat melihat Rael baru saja datang lalu berdiri tepat disamping meja Kanzia.
"Hai." Rael mengedipkan sebelah matanya. Arisha berusaha meraih tangan Freya untuk digenggam, bisa-bisa dia akan terbang jika tidak berpegangan.
"Kak, balik gih ke kelas lo." ucap Kanzia sambil melirik seisi kelas yang memperhatikan dirinya dan juga Rael yang berdiri disampingnya.
"Gue nggak mau ke kelas. Gue maunya ke kantin bareng lo. Mumpung masih istirahat." sahut Rael.
Kanzia menghembus nafasnya kasar. "Ayuk deh ayuk, ke kantin!" ucapnya lalu berjalan sambil menghentakkan setiap langkahnya.
Rael berjalan dibelakangnya. Sesekali dia tersenyum melihat tingkah lucu Kanzia, yang terlihat seperti seorang anak kecil.
Kanzia duduk dibangku nomor empat.
"Mau makan apa?" tawar Rael.
"Makan orang!"
"Disini nggak ada menu orang."
"Bodoamat." Kanzia menopang dagu dengan tangan.
"Lo ngegemesin banget sih," ucap Rael lalu megusap puncak kepala Kanzia.
"Nggak usah modusin Kanzia deh lo!" Kanzia dan Rael sontak menoleh ke asal suara.
"Zi, gue udah pesenin somay buat lo sebagai permintaan maaf. Dimakan ya!" ucap Rendra lalu duduk disamping Kanzia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Fiksi Remaja"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...