Kanzia keluar dari kelas setelah bell pulang berbunyi nyaring, langsung saja tangannya diraih oleh Rendra yang memang sedari tadi sudah menunggunya.
"Lepasin. Aku mau balik." ucap Kanzia, tatapannya tetap lurus. Matanya tidak mau menatap Rendra yang sekarang pasti sedang memamerkan wajah bersalahnya.
"Zi, maafin aku. Tadi tuh aku kebawa emosi, aku nyesel Zi, maaf." ucap Rendra, sambil mengusap lengan Kanzia.
Kanzia mengalihkan pandangannya, matanya menatap mata Rendra "Aku mau pulang. Jadi tolong lepasin." Kanzia berusaha melepaskan tangannya.
Rendra dengan tidak rela melepasnya. Setelah itu Kanzia melangkah, meninggalkan Rendra yang masih terdiam ditempatnya.
"Sukurin!" celetuk Suma. Rael menjitak kepalanya "ck! Apaan si,"
"Nggak boleh gitu." sahut Rael.
"Yaelah sekali-kali mah gapapa."
"Gue mau kejar Kanzia. Lo awasin Rendra, oke?" pinta Rael lalu Suma mengangguk, Rael menepuk pundak Suma lalu mengejar langkah Kanzia.
Rael mengikuti langkah Kanzia dari belakang. Hingga sampai di halte depan sekolah, Kanzia baru menghentikan langkahnya.
Rael yang tadinya diam, langsung melangkah mendekati Kanzia yang ingin masuk ke dalam taksi.
"Zi, nggak usah naik taksi. Balik bareng gue ajaa." ucap Rael sambil menahan tangan Kanzia.
Kanzia membulatkan matanya "Kak Rael?"
"Iya, balik bareng gue aja." Kanzia diam, Rael menoleh ke pada Pak Supir "Pak, maaf ya, nggak jadi." ucap Rael lalu menutup pintu taksi.
"Ayo," Rael menarik lengan Kanzia dengan hati-hati. Setelah beberapa langkah Rael terdiam. Langkahnya terhenti, Rael menoleh ke belakang, ingin memastikan apakah yang sedang dia genggam tangannya ini benar Kanzia.
Rael tersenyum "Kirain tadi gue salah gandeng cewek. Abisan tumben lo diem aja," ucap Rael lalu menaikan kedua alisnya seraya melirik tangan mereka.
Kanzia menoleh ke tangannya yang ternyata memang sedang digenggam oleh Rael. Dia mengerjapkan matanya dua kali. Lalu buru-buru melepas genggaman tangan Rael.
"Yah dilepas. Tadi aja gue nggak kasih tau." ucap Rael.
"Apa si lo. Udah ayuk balik." sahut Kanzia lalu memilih berjalan mendahului Rael.
Kanzia mengarahkan tangannya, meminta helm pada Rael.
Rael tersenyum miring, dia menoleh lalu memasang helm dikepala Kanzia, tak lupa juga dia memasang pengaitnya, dia menepuk dua kali helm yang Kanzia pakai. Lalu naik ke atas vespanya. Memakai helm, lalu menjalankan vespanya keluar dari gedung sekolah.
"Zi, makan pecel ayam Bu Popon dulu yuk, mau nggak?" ucap Rael.
Kanzia memiringkan kepalanya "Apa?"
"Makan pecel ayam Bu Popon duluu," ulang Rael sedikit berteriak.
"Gue nggak laper."
"Ah boong,"
"Dih batu."
"Bodoamat batu yang penting ganteng."
"Pede banget si." ucap Kanzia sedikit sini, Rael jadi tertawa.
"Mau yaaaa?"
"Iya iya yaudah." sahut Kanzia singkat, tapi berhasil membuat senyum diwajah Rael terlukis dari saat itu hingga malam tiba.
▲▲▲▲
"Bi, itu bel bunyi. Coba tolong dibukain ya." ucap Aretta, sambil mengganti channel televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Fiksi Remaja"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...