Rael memarkirkan motor vespanya di tempat biasa.
Mencabut konci motor lalu berjalan masuk ke dalam gedung yang dia sendiri sebenarnya tidak ingin berada di dalam sana. Gedung sekolah SMA Greetel.
Dia berjalan sambil bersiul, dan saat dia melihat ke tengah lapangan tatapan matanya jatuh pada seorang cewek dengan rambut dikuncir kuda yang sedang mengikuti pelajaran olahraga. Bibirnya menyunggingkan senyum manis saat teringat bahwa cewek itu adalah cewek yang kemarin menolak untuk mengambilkan bolanya.
"Ngeliatin cewek terus ya kamu hm bagus." ucap Bu Vena yang sekarang sedang menjewer telinganya. Rael menyeringai.
"Masuk ke kelas udah telat. Malah santai-santai disini!" perintahnya lalu dengan sebal Rael menjalankannya.
Rael melangkah masuk kedalam kelas dan dengan santai duduk ditempatnya yang paling belakang tanpa perduli pada figur seorang guru yang tengah menjelaskan soal matematika.
"Eh anak siapa kamu?" ucap Pak Zomi, diarahkan untuk Rael yang sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas.
Adib, teman sebangkunya dengan peka menyikut Rael.
"Apaan si lu?"
"Lo ditanya sama Pak Zomi bego."
Rael beralih menatap Pak Zomi yang kini sudah berdiri disampingnya sambil melipat tangan didepan dada.
"Maaf telat. Kesiangan." ucapnya pada Pak Zomi.
"Terus kamu pikir saya peduli kalo kamu kesiangan?"
"Terus Bapak ngapain disini?"
"Heh! Malah nanya saya ngapain disini. Kamu pikir sopan main masuk gitu aja. Nggak liat tadi saya lagi jelasin materi?" Pa Zomi menahan emosi jiwa yang sudah meletup. Rael selalu bisa membuatnya merasa begitu sejak kelas sepuluh.
"Saya udah bilang maaf tadi. Bapak budek?" sahut Rael santai sambil menaikan satu alisnya, membuat Pak Zomi menggebrak mejanya.
"Keluar kamu dari sini. Jangan ikut pelajaran saya sampai tiga pertemuan!" ucap Pak Zomi tegas.
Rael berdiri lalu tersenyum pada Pak Zomi "Alhamdulillah." ucapnya lalu pergi melangkah keluar kelas tanpa merasa berdosa. Ya tentu bagaimana dia bisa merasa berdosa, justru sekarang dia sedang merasa bahagia karena bisa keluar dari pelajaran matematika tanpa harus pura-pura ke toilet seperti tahun ajaran kemarin.
Rael duduk dibangku pinggir lapangan, melihat Kanzia dan kawanannya yang tengah bermain bola volly.
Dia melihat ke sekitar lalu tak sengaja, matanya menemui figur Rendra disebrang sana, sedang melakukan hal yang sama dengan dia, yaitu melihat Kanzia.
Rael langsung membuang pandangan saat mata Rendra bertubrukan dengan matanya.
"Ck, jijik gue tatap-tatapan sama dia," ucap Rael lalu melangkah meninggalkan tatapan Rendra, menuju warung yang terletak di belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...