0030

69.2K 4.6K 247
                                    

"Gue kira dengan kematian Reylia dia bisa berubah, nggak kaya gini lagi tapi ternyata gue salah. Sekali brengsek tetap aja brengsek." ucap Rael lalu menyuapkan potongan ayam kedalam mulutnya.

Dia dan Suma sedang makan diwarung pecel ayam Bu Popon. Setelah kejadian tadi, Rael tiba-tiba jadi lapar lantaran tenaga'nya yang terkuras saat berkelahi bersama Rendra.

Suma mengigit tempe gorengnya "Udah, lo sabar aja. Nggak usah mikirin dia, sekarang lo fokus deh buat dapetin Kanzia. Masalahnya gue juga nggak akan rela kalo dia dapetin Kanzia."

Brakk.
Rael menggebrak meja, membuat Suma terkejut dan menjatuhkan temen gorengnya. "Bener. Gue harus fokus ke Kanzia." ucap Rael setelahnya.

Tangan Suma terulur untuk menjitak kepala Rael "Biasa aja oncom. Tempe goreng gue jatoh kan jadinya, udah dua kali lo ye bikin tempe gue jatoh. Sekali lagi bikin tempe gue jatoh, gue bogem lo mau ha?!"

"Lebay lo. Lagian letoy banget jadi cowok. Dikit-dikit kaget."

"Udah salah bukannya minta maaf. Dasar manusia jaman edan."

Rael tidak menanggapi, Suma memang seperti ibu-ibu jika sudah mengoceh. Jadi dia lebih memilih diam dan menikmati makanannya.

Setelah selesai makan. Rael langsung berpamitan untuk pulang. Suma katanya masih ingin disini, dia ingin memesan tempe goreng lagi. Masih lapar katanya.

Rael menjalankan vespanya. Dia ingin buru-buru sampai dirumah agar bisa mengaktifkan ponselnya.

"Asik abang beli hape balu!" seru Irdina setelah melihat Rael yang baru saja sampai dirumah sambil membawa sebuah bungkusan plastik yang berisi ponsel baru.

Rael duduk disofa coklat yang juga diduduki Irdina.

"Umi mana?" tanya Rael, Irdina menunjuk ke arah dapur. Lalu Rael ber 'oh' ria.

"Abang nggak nanyain Papa sama abang Lendla?"

Rael yang sedang membuka kardus ponsel menoleh ke Irdina "Nggak peduli." Rael melanjutkan kegiatannya. Dia memasang kartu SIM dan juga memori. Setelah itu dia menyalakan ponselnya.

"Wuu bagus sekali," ucap Irdina sambil bertepuk tangan.

"Iya dong bagus, kasian deh lo nggak punya." sahut Rael, lalu menjulurkan lidahnya. Setelah itu dia berlari menuju kamarnya sebelum Irdina berteriak dan membuat dia dimarahi oleh Maryam.

Rael menutup pintu kamarnya, lalu berjalan menuju balkon.

Angin malam sedikit membuat rambutnya jadi berantakan. Tapi malah jadi terlihat tampan.

"Gue lupa lagi nomornya Zia berapa." ucap Rael sambil mengotak-atik ponselnya.

Tak lama dia mendengar suara motor, dan ternyata itu adalah Rendra. Dan satu ide, muncul di otaknya.

Rael berjalan mendekati pintu kamarnya yang tertutup. Dia mendekatkan telinganya di sana, tak lama bisa dia dengar suara pintu terbuka, dan Rael yakin itu pintu kamar Rendra.

Rael membuka pintu kamarnya, lalu berjalan pelan mendekat ke kamar Rendra.

Bisa Rael lihat Rendra yang sedang melangkah masuk ke dalam toilet sambil membawa sebuah handuk biru muda.

Rael tersenyum miring, ini waktunya dia menjalankan idenya.

Langkah hati-hati mulai Rael lakukan hingga akhirnya dia sampai di kamar Rendra. Matanya langsung mencari-cari dimana Rendra meletakkan ponselnya. Dan ya, Rael menemukannya.

Tangan Rael meraih ponsel Rendra yang berada di atas kasur. Dia menyalakan ponsel Rendra yang dengan beruntungnya tidak diberi password.

Ibu jari Rael dengan gampang mencari kontak dengan nama Kanzia. Setelah menemukannya, Rael mencatatnya diponsel barunya. Lalu melempar ponsel Rendra begitu saja, dan keluar dari sana sebelum Rendra memergokinya.

RAENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang