Bibi membuka pintu gerbang karena baru saja mendengar suara bel yang ditekan oleh seseorang diluar sana.
"Eh aden, mau berangkat bareng non Kanzia ya?" ucap Bibi. Yang ditanya mengangguk sambil senyum penuh kebahagiaan. Rendra sengaja tidak bilang Kanzia jika dia ingin datang kesini untuk mengajaknya berangkat bareng, karena kalau dia datang secara langsung pasti Kanzia tidak akan menolaknya.
"Sebentar ya, dipanggil dulu non Kanzia'nya." lanjut si Bibi lalu berjalan meninggalkan Rendra untuk memberitahu Kanzia.
"Non, ada temennya yang ganteng itu tuh di depan." ucap si Bibi, Aretta dan Alvino saling melirik. Kanzia mengernyitkan dahinya. Perasaan dia tidak punya janji untuk berangkat bersama siapapun hari ini.
"Siapa Zi? Kak Rael kamu ya?! Ciee!" sahut Aretta sambil senyam-senyum.
"Rael, siapa?" tanya Alvino, tangannya terulur untuk menyuapi Aretta buah apel yang baru saja dikupasnya.
"Calon pa—"
"Aku pamit dulu! Daah, i love you so matcha!" Kanzia sedikit berlari setelah mencium pipi kedua orangtuanya.
Mata Kanzia menyipit, untuk memastikan siapa seseorang yang kini sedang berdiri di depan gerbang rumahnya itu. Perlahan dia mendekat, Rendra menoleh karena mendengar suara derap langkah.
"Hai Kanzia! Good morning!" sapa Rendra sambil memamerkan senyum sejuta rasa.
Kanzia terdiam beberapa detik, dia kira Rael yang datang.
"Hai? Lo ngapain Kak pagi-pagi?"
"Gue mau ajak lo berangkat bareng. Mau'kan?"
Kanzia menelan ludahnya. Kenapa hatinya senang ya?
"Tapi kan."
"Gue nggak maksa si Zi. Kalo nggak mau bareng gu—"
"Eh mau kok mau. Yaudah ayuk jalan nanti kesiangan kalo macet." Kanzia berjalan menuju motor Rendra terparkir.
Rendra lagi-lagi memamerkan senyumnya. Benar kan kata hatinya, Kanzia tidak akan menolak.
Di dalam perjalanan hanya terdengar suara ban motor dan juga mobil yang saling bersentuhan dengan jalanan. Kadang juga terdengar cuitan burung gereja. Rendra tidak mengajak Kanzia mengobrol, hingga akhirnya mereka sampai di pelataran parkir SMA Greetel.
Mata beberapa siswa yang sedang nongkrong di atas motor mulai menatap Kanzia dan Rendra. Ada juga beberapa yang berbisik-bisik.
Kanzia tidak perduli, kini dia berjalan bersisian dengan Rendra.
"Udah sarapan belum Zi? Kalo belum,sarapan bareng dikantin yuk?" tanya Rendra memulai obrolan mereka lagi.
"U-udah kok tadi." sahut Kanzia sambil tersenyum simpul.
"Bentar deh," Kanzia menghentikan langkahnya, lalu Rendra mengulurkan tangannya. Dia membenarkan rambut Kanzia yang sedikit berantakan karena terkena angin pagi.
"Eh, makasih Kak." ucap Kanzia sambil mengusap rambutnya. Dia tersenyum, begitupun Rendra. Tapi tidak dengan Rael disebrang sana.
Jadi ini? Rendra sudah terlihat rapi dari jam lima subuh karena ini? Karena ingin berangkat bareng dengan Kanzia? Pantas saja saat Rendra lewat untuk duduk di seberangnya saat sarapan Rael mencium minyak wangi Rendra yang sangat semerbak, sampai-sampai Rael mengira bahwa baju Rendra ketumpahan minyak wangi.
"Gue ke kelas dulu!" ucap Kanzia, lalu melangkah cepat menuju kelasnya. Dia tidak ingin Rendra mendengar degup jantungnya.
Setelah sampai di kelas Kanzia langsung mendapatkan tatapan horor dari ketiga sahabatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107637906-288-k393045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Подростковая литература"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...