Satu bulan kemudian...
Hari demi hari telah Kanzia lewati, jam demi jam telah Kanzia lewati, menit demi menit telah Kanzia lewati, detik demi detik telah Kanzia lewati, tanpa melihat senyum manis Rael, tanpa mendengar suara Rael, tanpa diganggu oleh Rael.
Dan Kanzia, sangat merindukan figur Rael.
"Zi, ada yang mau ketemu sama kamu." ucap Aretta setelah membuka pintu kamar Kanzia.
Kanzia yang sedang berdiri di balkon kamarnya hanya diam. Tidak menjawab ataupun menoleh.
Itulah Kanzia selama kurang lebih sebulan setelah kejadian itu.
"Zi,"
Suara itu. Kanzia sangat mengenalnya. Suara dari seseorang yang berhasil membuat luka dihati Kanzia kembali menganga.
Rendra berdiri beberapa langkah dari Kanzia.
"Mau apa lo kesini?" tanya Kanzia.
Rendra menelan ludahnya "Udah satu bulan hidup aku dihantui rasa bersalah Zi," Rendra menatap figur Kanzia dari belakang "Udah satu bulan juga aku berusaha minta maaf sama kamu."
Kanzia menahan puluhan bahkan ribuan air mata yang ingin tumpah.
"Zi aku tau kalo permintaan maaf aku nggak akan bikin Rael bangun dari koma'nya. Aku tau, tapi aku mohon. Udah cukup sebulan hati aku sakit karena kamu diemin aku kaya gini." Rendra berjalan berdiri disamping Kanzia "Kamu pukul aja aku, tampar aku sepuas kamu Zi, asal kamu maafin aku, asal kamu mau ngobrol lagi sama aku."
Kanzia menarik nafasnya, dia memberanikan diri untuk menatap mata Rendra.
"Pergi dari sini. Sekarang." ucap Kanzia, lalu memalingkan wajahnya dari Rendra.
"Zi, aku mohon, maafin aku."
"Pergi Kak!"
Rendra menghela nafasnya. Dia tersenyum pahit. Dan dengan langkah terpaksa dia pergi dari sana. Mungkin usahanya untuk dapat maaf dari Kanzia kali ini gagal lagi. Tapi Rendra tidak akan menyerah, dia akan terus meminta maaf dan akan terus berusaha memperbaiki semua kekacauan yang telah dia lakukan. Sampai kapanpun.
"Kenapa rasa sayang ini harus datang terlambat? Kenapa?" air mata Kanzia luruh lagi.
"Zi,"
Kanzia menoleh, menemukan Arisha dengan wajah paniknya.
"Kak Rael."
▲▲▲▲
Semua mata langsung tertuju pada Kanzia dan Arisha yang baru saja datang.Maryam langsung mendekati Kanzia dan memeluknya.
"Rael tadi sadar Zia, dia sebut nama kamu." ucap Maryam, Kanzia tersenyum dan menangis di saat bersamaan.
"Berarti Kak Rael sekarang udah sadar? Iya?"
Maryam melepas pelukannya, dia mengusap lembut lengan Kanzia.
"Kondisi Rael kritis Kanzia,"
Hati Kanzia seperti dihujam pisau tajam. Sakit, sangat sakit.
"Umi memutuskan untuk mencabut semua peralatan yang ada ditubuh Rael. Agar Rael bisa terlepas dari semua rasa sakitnya."
Kanzia sontak menggelengkan kepalanya "Nggak! tolong jangan lakuin itu. Kak Rael masih bisa sembuh! Kak Rael pasti sembuh!"
"Tapi sudah bulan Kanzia, sudah satu bulan Rael dirumah sakit ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Fiksi Remaja"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...