Rael membolak-balik buku bergambar yang ada di hadapannya. Ini adalah kebiasaan paling bosan yang harus Rael lakukan setiap hari sabtu. Jika saja bukan karena Maryam yang menyuruh dirinya, mungkin sekarang Rael masih tertidur dikamar. Bukan disini, ditempat anak-anak kecil berkumpul dan belajar huruf serta angka.
"Lima tambah lima berapa hayo tebak?" suara pertanyaan-pertanyaan yang Rael dengar setiap hari sabtu, selalu berhasil membuat kepala Rael terasa pening.
"Cepuluh" sahut Irdina, yang tak lain tak bukan adalah adik dari seorang Rael.
"Wah benar. Irdina pintar. Ini buat kamu, selamat sayang!" Diterimalah sebuat permen coklat oleh Irdina yang langsung berlari.
"Abang atu dapet coklat dali ibu gulu!" ucap Irdina sambil menunjukkan permen ke atas udara, tepat mengenai hidung Rael.
"Duh iya-iya. Udah cepet lo belajarnya gue bosen." sahut Rael seraya menjauhkan permen coklat tadi menggunakan tangan kirinya.
"Abang jutek ih!" Irdina memasang wajah sebalnya lalu berjalan meninggalkan Rael.
"Bodoamat." sahut Rael.
"Nah sekarang pelajaran kita hari ini selesai. Kita lanjut sabtu besok ya! Sampai jumpa!" ucap ibu-ibu paruh baya sambil melambaikan tangan pada semua muridnya.
Rael yang mendengar itu membuang nafas lega seraya berjalan keluar gedung tk ini tanpa menunggu Irdina yang berlari mengejarnya di belakang.
"Abang tunggu ih masa aku ditinggal!" ucap Irdina seraya menarik-narik ujung jaket Rael.
"Ck. Cepet-cepet masuk." sahut Rael sambil menggendong adiknya itu menuju ke kursi belakang.
Rael menjalankan mobilnya.
"Abang aku mau duduk didepan dong sama abang." ucap Irdina.
"Nggak. Mau ngapain?. Sama aja udah lo dibelakang aja."
"Tapi, dali hali peltama abang antel jemput aku sekolah. Aku selalu duduk di belakang. Kan bosen bang sendilian. Udah abang kalo antel aku nggak pelnah ajak aku ngoblol."
Rael melihat wajah sedih Irdina dari kaca mobil. Dia sebenarnya sangat sayang kepada adik perempuannya ini, sampai-sampai dia sendiri tidak tau apakah dia sayang atau benci.
"Bawel lo. Udah sini pindah kedepan." ucap Rael, Irdina sontak membulatkan matanya dan dengan cepat berpindah tempat ke kursi depan.
"Wah duduk disini enak ya bang!" ucap Irdina sambil menempelkan hidungnya di kaca jendela. Rael tersenyum singkat.
Rael ingin sekali menunjukkan rasa sayangnya secara terang-terangan untuk Irdina. Tapi dia takut. Dia takut Irdina akan sayang padanya, dan dia takut jika sesuatu terjadi pada Irdina. Maka Refan akan semakin membencinya.
"Kak Lael kenapa?" ucap Irdina sambil mengelap hidungnya.
"Kepo aja anak kecil!"
"Ih jutek dasal!"
"Bodo."
Tak beberapa lama, sampai sudah mereka dihalaman rumah.
Irdina membuka pintu dan melompat keluar tanpa menunggu Rael.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...