Jam menunjukkan angka sepuluh malam.
Kanzia dan Rendra berjalan bersisian menuju parkiran. Mereka akan pulang karena hujan sudah berhenti.
Sesekali Kanzia dan Rendra tertawa karena lelucon lucu dari Rendra. Hingga sebuah vespa melintas memasuki parkiran, Kanzia seperti mengingat sesuatu.
"Astaga, Kak Rael!" Kanzia menepuk keningnya.
Rendra yang mendengar nama Rael disebutkan langsung menoleh sambil menaikan alisnya "Rael? Kenapa?"
"Sekarang jam berapa?"
"Jam sepuluh malam, kenapa deh Zi?"
Kanzia mengambil ponselnya didalam tas, dia ingin memberi kabar pada Rael. Tapi sayang ponselnya mati karena kehabisan baterai.
"Mmm... Kak anterin gue ke taman mawar, sekarang." dan setelah itu Rendra hanya mengangguk, mengantar Kanzia menuju taman mawar.
Kanzia turun dari motor Rendra. Matanya mencari ke kanan dan ke kiri, tapi tak ditemui nya figur Rael yang dicari.
"Udah balik kali dia." ucap Rendra, Kanzia menoleh lalu berfikir sejenak dan kembali naik ke jok belakang motor Rendra. Mereka berdua kembali berjalan pergi dari taman Mawar. Kanzia pikir Rendra memang benar, lagian ini sudah malam, mana mungkin Rael masih menunggunya disini.
Tapi nyatanya itu salah. Rendra salah, Kanzia salah. Rael masih menunggunya disini. Dengan hati yang nyeri lantaran melihat Kanzia datang bersama Rendra. Itu artinya Kanzia melupakan dirinya karena sudah asik bersama Rendra bukan?.
Rael tersenyum miring lalu menyalakan ponselnya.
Zi sorri, gue nggak dateng. Ini hape baru nyala, lo nggak kesana kan? Sorri banget soalnya tadi ada urusan mendadak gitu. Kalo lo ada disana lo balik aja ya, udah malem.
Rael menekan tombol send. Lalu melangkah menuju vespanya terparkir.
Dia pulang, pulang bersama hatinya yang terasa hancur karena Kanzia. Kanzia yang disayanginya.
Apa harus sesakit ini kalo sayang sama kamu Zia?
"Aduh kamu malam banget ini pulangnya. Abis kemana aja coba? Liat tuh Yah, Kanzia bandel pulang malam." serbu Aretta saat melihat batang hidung anak perempuannya itu baru datang.
"Maaf Bun, Ayah, tadi abis main terus nggak liat jam. Bunda kan tau kalo di dalam mall tuh kaya nggak inget waktu." sahut Kanzia sambil menyalami Aretta dan Alvino yang sedaritadi sudah menunggunya.
"Kanzia, besok-besok kamu kalau kemana-mana kabarin Bunda atau Ayah dulu. Kasian Bunda dari tadi nggak bisa diem mikirin kamu kemana," ucap Alvino sambil mengusap lembut puncak kepala Kanzia.
"I-iya deh maaf ya Ayah, Bun maaf. Kanzia nggak ngulangin lagi deh, sumpah," Kanzia mengangkat kedua jarinya.
Aretta mengangguk pelan "Yaudah sekarang mandi, abis itu istirahat. Kamu udah makan kan?"
Kanzia mengangguk, lalu mencium pipi kedua orangtuanya lalu berjalan menuju kamarnya.
"Jangan galak-galak sama Kanzia. Dia kan masih remaja. Yang penting dia nggak ngelakuin hal macam-macam." ucap Alvino sambil membenarkan anak rambut Aretta.
"Abisan Kanzia si bikin panik aja, aku kan khawatir." sahut Aretta sambil mengerucutkan bibirnya.
Alvino tertawa kecil "Udah ah, gemes liat kamu kaya gitu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
أدب المراهقين"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...